Indramayu
Opini
Makna Lebaran Bagi Orang Indramayu (Analisa di desa Tugu - Sliyeg)
Kata wong Tugu, kata lebaran berasal dari kata LEBAR berarti
usai, yakni masyarakat kaum muslim baru saja usai menunaikan ibadah
puasa di Bulan Ramadhan, menahan nafsu makan dan minum, juga syahwat, namun begitu bukan berarti sudah usai dan selesai untuk menahan dan mengendalikan diri.
Juga atau disebut LEBAR LUAR plong seseke sajrone awak, menandakan sucinya kita kembali fitri. Kemudian mereka merayakan dengan saling memafkan saling melebur dosa, sehinggga Idul Fitri juga bermakna sebagai LEBUR, di hari nan fitri banyak kegiatan untuk saling memafkan, saling lebur dosa dan kesalahan/kekhilafan, yang telah mereka lakukan, saling mengakui kesalahan dan saling memaafkan, sehingga seolah sudah saling melebur dosa.
Idul Fitri juga dirayakan dengan hidangan aneka makanan yang boleh dikatakan melimpah ruah, dengan kata lain LUBER "banyune luber" di mana-mana, mulai dari makanan yang murah sampai makanan yang mewah, aneka roti camilan, aneka roti basah, kering atau bahkan makanan tradisional serta aneka kuliner yang melimpah ruah, makanan jamuan yang merupakan wujud perasaan senang akan kedatangan banyak tamu. Tidak hanya makanan, pesta "bledogan", meluber menjangkiti semua elemen masyarakat Tugu.
Orang-orangpun menghias rumah atau pagar gapura guna menyambut datangnya Idul Fitri, khususnya wong tugu pada me-labur, mengecat dinding, tembok, pagar atau gapura agar kelihatan indah, seolah-olah mengucapkan Selamat Datang, Marhaban, seuntai kata penghormatan kepada tamu yang akan datang.
Idul Fitri juga waktunya untuk LIBUR, me-replay kembali kenangan dengan teman-teman, menikmati liburan bersama keluarga tercinta, kebersamaan yang selama ini tak terwujud akibat dari rutinitas kerja menguras tenaga, waktu dan pikiran, sehingga kadang tidak memberi kesempatan untuk bersama dan bercengkerama. Liburan Hari Idul Fitri benar-benar digunakan untuk ber-LIBUR sambil ber-LEBARan, menikmati aneka keindahan "tempat plesir" yang sudah di-LABUR, gapura dan pagar terasa lega dan LEBAR untuk dilalui.
***
Meneer Panqi
Pemerhati Budaya Indramayu
Tinggal di Tugu - Sliyeg.
Juga atau disebut LEBAR LUAR plong seseke sajrone awak, menandakan sucinya kita kembali fitri. Kemudian mereka merayakan dengan saling memafkan saling melebur dosa, sehinggga Idul Fitri juga bermakna sebagai LEBUR, di hari nan fitri banyak kegiatan untuk saling memafkan, saling lebur dosa dan kesalahan/kekhilafan, yang telah mereka lakukan, saling mengakui kesalahan dan saling memaafkan, sehingga seolah sudah saling melebur dosa.
Idul Fitri juga dirayakan dengan hidangan aneka makanan yang boleh dikatakan melimpah ruah, dengan kata lain LUBER "banyune luber" di mana-mana, mulai dari makanan yang murah sampai makanan yang mewah, aneka roti camilan, aneka roti basah, kering atau bahkan makanan tradisional serta aneka kuliner yang melimpah ruah, makanan jamuan yang merupakan wujud perasaan senang akan kedatangan banyak tamu. Tidak hanya makanan, pesta "bledogan", meluber menjangkiti semua elemen masyarakat Tugu.
Orang-orangpun menghias rumah atau pagar gapura guna menyambut datangnya Idul Fitri, khususnya wong tugu pada me-labur, mengecat dinding, tembok, pagar atau gapura agar kelihatan indah, seolah-olah mengucapkan Selamat Datang, Marhaban, seuntai kata penghormatan kepada tamu yang akan datang.
Idul Fitri juga waktunya untuk LIBUR, me-replay kembali kenangan dengan teman-teman, menikmati liburan bersama keluarga tercinta, kebersamaan yang selama ini tak terwujud akibat dari rutinitas kerja menguras tenaga, waktu dan pikiran, sehingga kadang tidak memberi kesempatan untuk bersama dan bercengkerama. Liburan Hari Idul Fitri benar-benar digunakan untuk ber-LIBUR sambil ber-LEBARan, menikmati aneka keindahan "tempat plesir" yang sudah di-LABUR, gapura dan pagar terasa lega dan LEBAR untuk dilalui.
***
Meneer Panqi
Pemerhati Budaya Indramayu
Tinggal di Tugu - Sliyeg.
Via
Indramayu
Posting Komentar