esai
Budaya Grubug - Gayae Wong Dawuk (Sebuah Analisa Pendidikan Moral di Indramayu)
Grubug, adalah salah satu bentuk budaya dermayon, guyon-guyon
cerdas ala Indramayuan. Grubug bisa diartikan sebagai guyon cerdas, jawaban
mengarang dengan mengikuti aturan yang disebut DORA SEMBADA (bobad-bobad
pantes), bohong-bohong mengena dalam penjelasannya.
Terkait
lebih lanjut dengan persoalan budaya grubug, perlu kita ketahui bersama
bahwasanya wong dawuk (orang dewasa) di Indramayu khususnya, memiliki citarasa
tersendiri dalam hal ber-budaya grubug.
Secara
pribadi saya melihatnya sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan moral
yang sudah turun temurun di Indramayu. Menilik arti pendidikan itu sendiri
sebagai bangunan on-going process
(proses berkesinambungan). Bukan hanya menyangkut nilai-nilai raport, atau
banyaknya keterampilan yang dimiliki, tapi juga menyangkut kehidupan.
Ilustrasi
berikut adalah adaptasi dari sebuah pendidikan moral, cocok sekali untuk
menggambarkan bagaimana budaya grubug dalam on-going
process pendidikan moral.
Suatu
ketika, Senang SONDET kecil bersama Sema
kena tilang polisi lalu lintas. Sema
Sondet lupa membawa SIM. Setelah negoisasi yang tidak terlalu lama, Sema Sondet dengan halus menyelipkan duit
dua puluh ribuan ke saku rompi pak Polisi. Tak lama kemudian, mereka
dipersilahkan pergi.
Senang
Sondet kecil heran, mengapa Sema
Sondet memberikan kepada Polisi uang begitu saja? padahal mereka tidak mendapat
apa-apa dari polisi tersebut. Yang Senang
Sondet tahu ketika dia membayar sesuatu maka dia juga memperoleh sesuatu, entah
itu permen, kue, atau jajanan lainnya, seperti yang biasa dilihatnya ketika Sema Sondet lakukan. Senang Sondet kecil pun bertanya dengan
polos, uang itu buat apa? Sema Sondet menjawab sekenanya. Duit itu adalah uang KESUWUN (terimakasih) untuk Pak Polisi
yang telah membantunya tadi. Senang Sondet mengangguk, namun dalam hatinya
terus mengusik rasa penasarannya.
Setelah
Senang Sondet menyelesaikan ujian
SMP, kepala sekolahnya datang berkunjung ke rumahnya. Senang Sondet memang merasa, nilai-nilainya merah. Pak kepala
sekolah pasti akan menyampaikan ketidakbererasan nilai-nilai tersebut kepada
kedua orangtuanya. Maka dia pun pasrah.
Dari
dalam dia mengintip ke ruang tamu dan merasa heran. Bapak Sondet nampak
menyodorkan amplop coklat besar kepada kepala sekolah. Setelah itu mereka larut
dalam pembicaraan yang hangat. Tertawa lepas satu sama lain. Setelah kepala
sekolahnya pulang, Senang Sondet
menanyakan perihal amplop coklat tadi kepada bapaknya. Bapak Sondet hanya
mengatakan itu hadiah untuk kepala sekolah dan menyuruhnya agar lebih giat lagi
belajar.
Pada
saat pengumuman kelulusan, Senang
Sondet melihat namanya berada didaftar murid-murid yang lulus ujian. Senang Sondet merasa itu ada hubungannya
dengan amplop coklat yang diberikan bapaknya kepada pak kepala sekolah.
Selepas
lulus SMA, Senang Sondet ingin masuk ke sebuah Universitas negeri ternama. Bapak & Sema juga setuju dengan pilihan Senang
Sondet. Namun Senang Sondet tahu,
kemampuan intelektualnya sebenarnya kurang mampu diandalkan, terutama untuk
mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tersebut.
Senang
Sondet pun membujuk bapaknya menggunakan jasa joki test masuk yang berbiaya
mahal. Walaupun cara tersebut sebenarnya tidak benar, Bapaknya setuju. Berbekal
jejaring pertemanan, Senang Sondet
berhasil menemukan Joki yang dimaksud dan berkat jasa Joki tersebut dia
berhasil lulus ke perguruan tinggi tersebut.
Waktu
terus berlalu. Kini Senang Sondet menjabat sebagai salah satu pejabat di
lembaga milik pemerintah. Kecurangan demi kecurangan yang dilaluinya selama
hidup telah membentuknya menjadi seorang pejabat yang korup. Dia sudah
berulangkali menilep duit negara, melalui proyek demi proyek yang ditanganinya.
Tapi
pada akhirnya, penyelewengannya berhasil diendus oleh KPK. Dia pun diciduk dan
dijadikan salah satu tahanan KPK. Wajahnya berseliweran di TV dan surat kabar.
Bukti-bukti, cukup memberatkan dan semakin menguatkan indikasi dia akan
dijadikan narapidana kasus korupsi.
Bapak
& Sema, Senang Sondet pun berlinang air mata, tidak menyangka anak
kebanggaan mereka melakukan tindakan tak terpuji itu.
Hanya
sebagian kecil yang menyadari bahwa kehidupan yang mengalir seperti air adalah
guru paling utama. Seringkali kita merasa wajar berkata dusta atau sedikit
memutarbalikan fakta untuk mencapai tujuan tertentu tapi sebaliknya anak atau
adik kita akan di-umbangi
habis-habisan jika berani melakukannya. Memang soal grubug-digrubugi hanya
milik dunia wong dawuk.
·
Wong dawuk : orang dewasa
·
Di-umbangi : dimarahi
·
Sema : Panggilan massif dalam bahasa
Indramayu untuk menyebut Ibu
·
Senang : Panggilan mesra kepada anak
kandung
Meneer
Panqi
(Penulis
adalah pemerhati seni budaya Dermayu - Sanggar Aksara Jawa)
Via
esai
Posting Komentar