obituari
[Obituari] Tekun Arif Baihaqi
Selamat jalan sobatku,
Tekun Arif Baihaqi !!
Photo by Meneer Panqi |
Gleeeegaaar…. suara guntur
menderu di angkasa, membelah langit di atas desa Tugu. Langit berbintang
tertutup warna kelam meneteskan air ke permukaan bumi. Selesai sudahlah proses
pemakaman dari sobatku Tekun Arif Baihaqi.
Hawa panas desa Tugu
berubah sejuk, tapi tak sesejuk hatiku Senin 04.00 WIB sore, 26 Mei 2014
kemarin. Sahabatku Tekun Arif Baihaqi menghembuskan nafas terakhir.
Jum'at malam itu, matanya
terus berbinar menatapku, merajuk rayu memaksaku untuk menghadiri sarasehan
silaturahmi antar organisasi desa di Bale Desa. Menjadi memori yang tersimpan
rapi adalah bagaimana semangat dan sense
of social yang tinggi dari almarhum, seakan menjadi pemacu dan keirian
tersendiri bagiku, melihat semangatnya yang selalu menggebu-gebu.
Pada Senin, 26 Mei 2014
pukul 11.00 WIB ternyata adalah pertemuan terakhirku, aku belum sempat
berbincang panjang karena begitu ia datang aku segera pergi menghadiri
pernikahan seorang kawan di Losarang. Tak ada firasat dan juga keluhan dari
almarhum sebelumnya, aku berada dalam posisi antara percaya dan tidak, almarhum
terlalu cepat meninggalkan kita semua.
Pukul 15.09 ada telepon
yang tak sempat aku angkat. Aku sedang membawa kendaraan. Lantas segera setelah
kuparkirkan kendaraan, ada misscall
dan sms masuk.
“Tekun
digawa ning rumahsakit dermayu”, sempat shock membaca
kabar itu, beberapa menit kemudian, antara selang 5 menitan teleponku selalu
bertubi-tubi dengan sms dan telepon yang masuk, menanyakan dan mengabarkan
kondisi bahwa almarhum sedang dibawa ke rumahsakit. Mereka dan aku semuanya
merasa heran dan tak percaya tentang berita duka itu.
Kepastian meninggalnya,
aku dapatkan ketika pukul 16.18 dari telepon Ustad Burhan. Tarikan nafasku kutarik
dalam-dalam. Innalillahi waiinna ilaihi
rajiun. Badanku seperti sehabis kena setrum, antara terkejut dan lemes. Tarikan
nafasku yang panjang kuhembuskan perlahan.
Hal yang paling kuingat
adalah curhatannya yang mimpi menjadi seorang Kuwu, selorohnya dengan polos.
“Reang
ngimpi dadi kuwu neer?” dan dilanjutkan dengan tawa khasnya
yang pendek.
Jauh didalam batinnya aku
tahu almarhum begitu peduli tentang pembangunan di desanya, aku sempat
memotivasinya dengan mengatakan seperti ini.
“Hanya
omong kosong belaka tanpa jadi kuwu kita bisa membangun desa”.
Kami disini menduga dan
menerka-nerka, apa sih yang telah malaikat bisikkan kepadamu, kawan?
menyebabkanmu segera pulang kepada keharibaan-Nya yang jauh lebih mulia, sampai
makanan yang akan engkau santap pun kau tinggalkan kawan!!
Selamat jalan kawan,
terimakasih atas dedikasi dan cahaya semangatmu yang menggebu-gebu akan terus
kami tiru dan lanjutkan.
Meneer Panqi
Kawan Seperjuangan
Via
obituari
Posting Komentar