esai
Resikonya memang besar, tetapi prospeknya juga besar. Jejak-jejak keberhasilan itu tercetak dalam bangunan-bangunan baru yang mudah ditemukan di Kecamatan Sliyeg. Bangunan itu berbahan luar keramik dengan desain rumah modern. Mudah sekali membedakan yang mana yang dibangun atas kiriman uang TKI atau bukan. Rumah hasil kiriman uang TKI biasanya berwarna cerah: pink, biru muda, hijau, cokelat terang, dengan kombinasi warna yang jauh dari konsep serasi.
Di pinggir- pinggir jalan tersembul warung remang/radio illegal dengan bunyi musik dangdut dan tarlingan disertai aksesori tawaran kenikmatan kedagingan. Perempuan menjadi sangat responsif karena pada Duda Arab ini biasanya berkocek tebal. Di sanalah duit kiriman istri akan berkecamuk dengan lampu remang, alkohol, dan lendir duniawi.
Sebuah Studi : Potret Kehidupan TKI/TKW di Kecamatan Sliyeg
Duda
Kepaksa
Voc.
Iip Bakir
Lara
sih lara
Gara-gara
mboke bocah
Lunga
ning Saudi Arabia
Kula
ning umah mong-mong bocah....
***
(Terjemahan)
Sakit
sih memang sakit
gara-gara
ibunya anak-anak
pergi
ke Saudi Arabia
Saya
di rumah mengasuh anak.
Resikonya memang besar, tetapi prospeknya juga besar. Jejak-jejak keberhasilan itu tercetak dalam bangunan-bangunan baru yang mudah ditemukan di Kecamatan Sliyeg. Bangunan itu berbahan luar keramik dengan desain rumah modern. Mudah sekali membedakan yang mana yang dibangun atas kiriman uang TKI atau bukan. Rumah hasil kiriman uang TKI biasanya berwarna cerah: pink, biru muda, hijau, cokelat terang, dengan kombinasi warna yang jauh dari konsep serasi.
Rumah-rumah
itu menyimpan kontradiksi besar. Lantai keramik mengilat itu bercampur dengan
bau comberan di belakang rumah. Dikelilingi oleh tanah kering, kandang kambing,
kandang ayam dan comberan, rumah-rumah itu bagai tidak tumbuh dari tanah
kultural setempat. Akan tetapi, itulah simbol kepahlawanan 25 persen dari
sekitar 35.000 perempuan di Kecamatan Sliyeg. Jumlah penduduk Kecamatan Sliyeg
65.000 orang lebih.
Sepulangnya
dari negeri sebrang para TKI/TKW, tanah air ternyata tidak menjamin solidaritas
sosial. Sampai di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, petugas imigrasi meminta
uang pada TKI untuk biaya perjalanan ke kampung. Besaran nominalnya antara Rp
200.000-500.000. Sopir di jalan pun masih meminta uang yang besarannya antara
Rp 50.000-100.000. Para petugas itu mungkin tidak tahu bahwa ekspor tenaga
kerja menghasilkan devisa bagi Indonesia rata- rata sebanyak 1,6 miliar dollar
AS per tahun.
Balik
lagi pada penggalan syair diatas, itu hanya menceritakan sepenggal cerita
normatif tentang laki-laki yang ditinggal istri. Itu adalah contoh suami setia
yang siap sedia mengasuh anak-anaknya. Selain mengasuh anak, yang setia ini
biasanya berkumpul pada malam-malam tertentu sambil membakar ayam (mayoran).
Mereka mendirikan "organisasi" bernama Ikatan Duda Arab (IDARA). Lain
Idara, ada juga organisasi lainnya, seperti IDAMAN (Ikatan Duda Taiwan) dan
IRAYA (Ikatan Randa Korea).
Yang
tidak setia punya dua pilihan: menghamburkan duit kiriman istri di diskotek
dan/atau kawin lagi. Yang dimaksud dengan diskotek adalah semacam warung remang
dan/atau radio-radio illegal yang memutar lagu-lagu tarlingan. Karena tidak
tahan ditinggal istri, para suami ini sering kawin lagi. Menjadi masalah kalau
istri mudanya pun akhirnya menjadi TKI. Laki-laki semacam ini harus pandai
mengatur waktu pulang istri tuanya agar tidak bertabrakan dengan jadwal
kedatangan istri mudanya.
Di pinggir- pinggir jalan tersembul warung remang/radio illegal dengan bunyi musik dangdut dan tarlingan disertai aksesori tawaran kenikmatan kedagingan. Perempuan menjadi sangat responsif karena pada Duda Arab ini biasanya berkocek tebal. Di sanalah duit kiriman istri akan berkecamuk dengan lampu remang, alkohol, dan lendir duniawi.
Realitas
sosial dan tradisi seni ini rupanya menjadi bahan bakar dasar dari produksi
lirik lagu-lagu tarling Indramayuan. Harapan, duka lara, kegembiraan, dan
keputusasan dalam lagu-lagu itu sebenarnya merupakan salah satu bentuk jeritan
dari mereka yang sering disebut pahlawan devisa, tetapi sampai pemerintahan
baru ini pun tidak tertangani sebagaimana mestinya.
Tembung
pamungkas ini sebagai penutup dari tulisan bentuk keprihatian diri saya.
Selamat menikmati !!
Senok...
aja nangis...
Kelangan
mimi ya nok ya
Sebab
mimi lagi usaha
Sedelat
maning arep teka
(Terjemahan)
Nak...
jangan menangis...
Kehilangan
ibu ya nak ya
Sebab
ibu sedang bekerja
Sebentar
lagi akan pulang
***
Meneer
Panqi, salah satu peneliti dari Indramayu
Historia Foundation.
Via
esai
Posting Komentar