Desa
Sejarah
Asal-usul Desa Gadingan
Kantor Kuwu Gadingan.. Photo by Meneer Pangky - |
Sebelum
terbentuknya desa Gadingan, daerah ini bernama Pecantilan. Berdasarkan versi
kekandaan pada abad 16 M, ada seorang perempuan yang bernama Nyi Suari, dimana
dia adalah seorang keturunan Kesultanan Kerajaan Cirebon. Pecantilan sudah ada
ketika Indonesia masih dijajah negara-negara asing. Pada masa itu, Pecantilan
merupakan tempat yang penghuninya sangat sedikit.
Dan
biasanya menginduk pada sebuah desa yang lebih besar, pada saat itu desa yang
sudah ramai adalah Desa Tugu di sebelah utara Pecantilan Gadingan. Desa itu
dikepalai oleh seorang Kuwu yang berada di pusat Alas kedung Penjalin. Alas itu
sampai sekarang masih bisa dijumpai, yakni pada kompleks situs Buyut Penjalin,
desa Tugu Kecamatan Sliyeg.
Konon,
semasa Nyi Suari berada di Pecantilan, Nyi Suari memiliki sebuah tongkat yang
dalam bahasa Jawa disebut sebagai tetekan
yang terbuat dari Pring Gading (bambu kuning). Bambu kuning Nyi Suari ini
ditancapkan olehnya di suatu tempat yang bernama kebuyutan (Komplek Centre di
sebuah tempat).
Dengan
tujuan untuk meninggalkan jejak bahwa yang memiliki bambu kuning/bambu gading,
itu adalah seorang keturunan Kesultanan Kerajaan Cirebon. Setelah menancapkan
Pring atau bambu kuning, Nyi Suari kembali ke Kesultanan Cirebon.
Setelah
kepergian Nyi Suari, ada seorang warga Percantilan yang melihat bambu kuning
peninggalan Nyi Suari. Orang ini meyakini bahwa bambu yang ditancapkan di
tempat pemakaman, tersimpan pesan sebagai wangsit dari nenek moyang.
Di
Pecantilan, orang-orang sering melakukan perkumpulan di bale yang merupakan
tempat orang-orang berkumpul untuk berdiskusi.
Setelah sekian lama mereka melakukan diskusi, mereka mempunyai inisiatif
untuk memilih pemimpin diantara mereka.
Setelah
sekian lama menginduk ke Desa Tugu, pecantilan ini mengalami perubahan, semakin
banyak orang yang berdatangan dan menetap disini menjadi warganya. Berdasarkan
asas manfaat atas kesepakatan warga Gadingan. Pada tahun 1860, Kepala
Pecantilan saat itu Bekel Sarwan melakukan perubahan nama daerah Pecantilan
menjadi Gadingan karena dilihat dari jejak Nyi Suari yang meninggalkan tancapan
bambu yang bernama bambu gading.
Namun
sepeninggal kepemimpinan Bekel Sarwan, atas gejolak dan aspirasi warga. Bekel Kadem
selaku orang nomor satu di Pecantilan tersebut mengajukan usul ke Kuwu Tugu H.
Dulghoni, agar Pecantilan ini melepaskan diri dan membuat sebuah desa
tersendiri, karena jarak yang terlalu jauh dan kondisi warganya yang semakin
banyak, dan memenuhi syarat untuk mendirikan sebuah desa baru, melalui besluit
dari Pemerintah Kompeni di Dermayu.
Pada
tahun 1860, berdiri sebuah desa baru pemekaran dari Tugu, Afdelling Controule
Sleman meresmikan secara langsung. Berikut ini nama Kuwu-kuwu Gadingan yang
pernah menjabat hingga sekarang.
- Bekel Sarwan 1860 – 1862
- Kuwu Kadem 1862 – 1867
- Kuwu Murjan 1867 – 1873
- Kuwu Sawi 1873 – 1877
- Kuwu Murjan 1877 – 1879
- Kuwu Kadem 1879 – 1883
- Kuwu Kayep 1883 – 1891
- Kuwu Mursinah 1891 – 1895
- Kuwu Sampen 1895 – 1907
- Kuwu Cartiyam 1907 – 1919
- Kuwu Calim 1919 – 1921
- Kuwu Daspen 1921 – 1931
- Kuwu Masiyah 1931 – 1933
- Kuwu Tijam 1933 – 1933
- Kuwu Karta 1933 – 1945
- Kuwu Sartja 1945 – 1947
- Kuwu Barka 1947 – 1949
- Kuwu Naspan 1949 – 1961
- Kuwu Cari 1961 – 1963
- Kuwu Suwendra 1963 – 1964
- Kuwu Kamyad 1964 – 1979
- Kuwu Suratmah 1979 – 1988
- Kuwu Syu’aeb thoyib 1988 – 1997
- Penjabat Kuwu Nono 1997 – 1998
- Kuwu Suyanto 1998 – 2007
- Kuwu Koedi 2008 – sekarang
***
Sumber :
1. Pemerintah Desa Gadingan, "Potensi desa Gadingan"
2. Wawancara dengan sesepuh Gadingan, Kuncen Buyut Gading tanggal 30 Desember 2012.
3. Wawancara dengan Ki Sadma Mustafa,
Via
Desa
Posting Komentar