Opini
Kata Siapa Jodoh di Tangan Tuhan?
Jika
jodoh di tangan Tuhan, lantas mengapa harus ada cerai?
Jika
jodoh di tangan Tuhan, Tuhan berperan sebagai tukang jomblang dong?
Sekali
lagi, ingin menegaskan. Masa iya Tuhan iseng jomblang-jomblangin manusia? Sebab
soal ini, memilih pasangan hidup yang berada dalam bab muamalah, Tuhan
membebaskan kepada manusia sendiri untuk memilih pasangan hidupnya, yang akan
jadi jodohnya. Dan setiap pilihan yang dipilih manusia, akan dimintai
pertanggungjawaban kelak.
Banyak
yang berhujjah dengan surat an-Nur ayat 26, sebagai dalil untuk persoalan
jodoh. Padahal ayat tersebut bukan ayat tentang jodoh! Tidak ada hubungannya
sama sekali dengan perjodohan atau penentuan pasangan hidup yang dilakukan
Tuhan.
Karena
apa? karena ayat ini diturunkan terkait dengan peristiwa tuduhan atas Aisyah
yang diisukan berbuat serong dengan seorang sahabat yang bernama Shofwan bin
Mu’ath-thol.
Jika
memang benar ayat tersebut adalah ayat tentang perjodohan. Bagaimana mungkin
Fir'aun berjodoh dengan istri yang solehah. Mari berpikir !! Masa Tuhan sedang
iseng? Masa Tuhan sedang coba-coba?
Jodoh
di tangan Tuhan, menurut saya harus dimaknai secara cerdas. Bahwa pilihan jodoh
itu Allah sudah sediakan, hal itu berada dalam genggaman kuasa-Nya. Allah
ciptakan laki-laki dan perempuan. Lalu, kuasa itu Allah berikan kepada manusia
untuk memilih jodohnya. Masih tidak percaya? Ok, mari kita buktikan !!
Jika
Allah memang sudah menjodohkan si Dadap & si Waru sebagai
jodoh kita jauh sebelum diciptakan. Mana mungkin ketetapan itu mudah dibatalkan
dan dirusak hanya akibat ketuk palu seorang hakim di Pengadilan Agama?
Bagaimana
mungkin ketetapan Allah diubah begitu saja oleh keputusan manusia? Yang
beginian sih cuma ada dalam lakon drama tarling. Saat ada pasangan berpisah ada
yang membuat mulut ini jadi gatel ingin berkomentar ketika ada yang nyeletuk
seperti berikut ini.
"Sabar
ya, ini sudah kehendak yang Kuasa"
Ini
kurang ajar banget ya !! Pemikiran keji terhadap Allah yang Maha Penyayang dan
Pengasih. Masa iya, lantaran bercerai lalu penyebabnya tiba-tiba disangkakan
kepada Allah? Tuhan disangkakan telah memisahkan hubungan itu. Tuhan masa
begitu? Nggak deh.
Jodoh
itu bab muamalah antar sesama manusia. Makanya dalam pemilihan jodoh ada aturan
mainnya. Ada fit and proper test. Islam menggariskan setidaknya ada
empat hal dalam pemilihan jodoh. Bagaimana kriteria memilih kualitas jodohnya? Kecantikan,
keturunan, kekayaan, dan agamanya. Tapi, jika soal kuantitas sih sudah ada
batasannya, maksimal 4 untuk lelaki. Tidak berlaku sebaliknya.
Seperti
bab muamalah lainnya, dalam nikah juga ada ijab-qabul. Nanti jika jodoh tak
sesuai dengan apa yang dikehendaki bisa melakukan "talaq/gugat" untuk
pembatalah ijab-qabulnya. Berlaku suami & istri. Mengapa saya katakan
talaq/gugat ini bisa dilakukan oleh istri?
Dalam
hukum perkawinan di Indonesia memang demikian kok adanya. Suami sudah sejak
awal pernikahan mentalak istrinya. Kita sering menyebutnya dengan shighat
ta'liq. Shighat ini adalah lafadz talak yang diucapkan suami tetap sehabis
menikahi istrinya.
Biasanya
penghulu menyodorkan kertas yang seolah-olah wajib dibaca oleh suami, tanpa
dirinya sadar bahwa yang sedang dibacanya itu adalah penjatuhan talak kepada
istrinya.
Memang
tidak langsung jatuh talak saat itu juga, sebab lafadznya bersifat menggantung.
Intinya bila suami meninggalkan istri sekian lama, atau tidak menafkahinya, dan
seterusnya dan seterusnya, kemudian istrinya mengajukan keberatan kepada pihak
pengadilan agama dan diterima, maka jatuhlah talak satu.
Dalam
hal ini yang menjatuhkan talak bukan istri, melainkan suaminya sendiri.
Dijatuhkannya sejak awal, yaitu ketika akad nikah belum genap dua menit. Cuma
talak ini sifatnya menggantung, belum langsung jatuh, kecuali bila suami
sendiri yang melanggar janjinya sendiri.
Selain
hal diatas, dikenal juga istilah pinangan atau lamaran. Dalam jual beli dikenal
apa sing disebut tanda jadi atau "DP". Ya DP - duit panjer.
Dalam nikah, ini dikenal dengan istilah khitbah sebagai duit panjernya. Berlaku
pria dan perempuan. Karena Siti Khadijah mencontohkan lebih dahulu mengajak,
begitu juga Ali bin Abi Thalib yang melamar Fatimah.
Tembung
pamungkas, selalu ada hukum sebab-akibat. Mana mungkin Tuhan memberikan kita
penyakit, jika bukan karena kita sendiri yang tidak menjaga kesehatan?
Bagaimana mungkin Tuhan menceraikan sebuah pasangan jika bukan kita yang
menjaga hubungan tersebut. Ingat, Dia adalah pemilik Maha Kebahagiaan.
***
Wallahu
A‘lam. Terimakasih sudah membaca. Saya Meneer Panqi.
Via
Opini
Posting Komentar