Opini
Aqidah Kaum Jomblo
Jomblo,
pasti tahu kan artinya. Ya kelompok manusia yang hidupnya sendiri. Bujang,
gadis, duda, maupun janda. Sama saja. Mereka yang tidak punya pasangan.
Tulisan
ini tidak mau bahas soal definisinya, tapi pengen bahas soal takdir
menjomblonya. Kalian jangan menuduh ini tulisan curhatnya seorang meneer ya!
Hahhaha.
Kasihan
aku kan memang jomblo. Bahkan, sudah dapet gelar baru sebagai presiden jomblo
Indramayu. Asem kecuuuuuuuuuuttt, Hahhaha. Awas yaaaa Kusnadi & Aryateja.
Aku
heran, status jomblo kok selalu dihubungkan dengan takdir Tuhan. Aku jelas
nggak setuju soal ini. Soalnya, ini urusan bisa ruwed dan glibed.
Kalau sudah bicara takdir, berarti sudah masuk ke ranah aqidah. Dan kalau sudah
bicara aqidah, tentu saja bukan lagi soal yang maen-maen. Ini fundamental.
“kenapa
kamu, jomblo kok lama banget?”
“Ya mau
bagaimana lagi, ini sudah takdir Tuhan”
“kenapa
kamu, menjandanya kok lama banget?”
“Ya mau
bagaimana lagi, ini sudah takdir Tuhan”
“kenapa
kamu, mendudanya kok lama banget?”
“Ya mau
bagaimana lagi, ini sudah takdir Tuhan”
Wah,
kok kesannya terlalu diplomatis banget ya! Para jomblo dengan mudah berlindung
dibalik pernyataan tersebut untuk membenarkan status jomblonya. Para jomblo
juga dengan mudah menghindar dari tuduhan-tuduhan soal status jomblo dengan
mengatakan, “ini sudah takdir-Nya”.
Tidak
asik itu ketika ada yang menghubungkan status jomblo dengan takdir Tuhan. Aku
curiga ini cuma akal-akalan kaum jomblo untuk ngeles dari berbagai pertanyaan
mendasar yang sering dilontarkan kaum non jomblo. Hahahaha.
“kenapa
kamu, bercerai?”
“Ya mau
bagaimana lagi, ini sudah takdir Tuhan”
***
Seandainya
menjomblo itu takdir, itu sudah masuk ranah aqidah. Jika sudah aqidah itu bukan
persoalan tempe dan tahu, tapi sudah persoalan fundamental. Ya aqidah itu
persoalan teologi.
Jika
mengambil contoh dalam Islam, maka sudah barang tentu kita mengenal banyak
aliran teologi. Seperti Mu’tazilah, Jabariyah, Qodariyah, Murji’ah, Khawarij,
Asy’ariah dan Ma’turidiah.
Lantas,
apa hubungannya dengan masalah jomblo? Ya jelas ada hubungannya. Kan tadi
dijelaskan bahwa pilihan menjomblo itu adalah takdir Tuhan.
Mumet?
Masih belum mengerti? Baiklah aku ceritakan sedikit bagaimana lahirnya
teologi-teologi dalam masa Islam awal.
Pada
awalnya, aliran teologi ini muncul untuk mendukung kepentingan politik
tertentu. Ketika Muawiyah bin Abu Sufyan menjadi raja pertama Dinasti Bani
Umayah, ia menyatakan bahwa kemenangannya atas Ali bin Abi Thalib murni karena
takdir Tuhan.
Sama
sekali bukan karena faktor kekuatan kubu Muawiyah atau kelemahan di kubu Ali.
Dalam perkembangannya pernyataan Muawiyah ini menjadi cikal bakal teologi
Jabariyah.
Sementara
pihak yang kontra, mengatakan bahwa kemenangan Muawiyah berasal dari Muawiyah
sendiri. Muawiyah-lah yang secara “kurang ajar” memberontak kepada khalifah
yang sah, Ali bin Abi Thalib. Pendapat yang kemudian populer ini dikenal dengan
sebutan Qodariyah.
Lebih
lanjut, ciri aliran aqidah Qodariyah adalah bahwa Imannya Abu Bakar berasal
dari Abu Bakar sendiri, dan kafirnya Abu Jahal karena Abu Jahal sendiri. Tak
ada intervensi dari yang maha kuasa.
Nah
kira-kira demikian, ada hubungannya nggak? apa malah nggak nyambung. Status
jomblo aja sampai ke aliran-aliran teologi Islam. Salah siapa? Yang jelas bukan
salah aku dong. Siapa suruh menghubungkan jomblo dengan takdir Tuhan.
Begini
maksudku, jangan sampai urusan jomblo, baik yang belum kawin maupun yang
akhirnya bercerai, mending diserahin ke Pemerintah. Nggak usah bawa-bawa nama
Tuhan, takdir Tuhan lah.
Kan betul-betul hebat tuh,
kalo jomblo dipelihara oleh negara. Ya bila perlu janda muda juga dipelihara
negara? Benar nggak? Hahhaha.
***
Via
Opini
Posting Komentar