Pribadi
Selamat Tinggal 2015, Selamat Datang 2016
Tahun
2015 adalah tahun yang sangat melalahkan, tahun yang menguras banyak sekali
energi, namun tahun 2015 juga tahun yang banyak kejutan, sehingga memberikan
sebuah harapan baru. Tentu, segala apa yang dicapai dan belum tercapai pada
tahun ini akhirnya banyak memberikan pengaruh untuk menghadapi tahun 2016.
Resolusi
akhir tahun memang sedang menjadi trend belakangan ini. Bukannya ikut-ikutan
karena sedang menjadi trend, aku memang betul-betul sepakat. Penting sekali
membuat sebuah perencanaan. Rencana itu penting untuk mengukur sejauh mana
target dan impian kita telah tercapai. Juga, sebagai catatan untuk evaluasi,
kenapa bisa gagal? Kenapa bisa sukses? Kesalahan-kesalahan ini akan
terlihat dalam evaluasi. Faktor-faktor yang mendukung suksesnya rencana
kita juga akan kentara.
Peristiwa
hijrah adalah peristiwa yang matang dalam perencanaan. Nabi Muhammad SAW
merencanakan detail-detail perjalanan hijrahnya. Dimulai dengan memilih teman
perjalanan, yaitu sahabat terbaiknya, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kemudian, memilih
jalan yang ditempuhnya, di mana beliau memilih satu jalan yang tidak biasa
dilewati kaum Quraisy, yaitu jalan pesisir.
Kemudian juga memilih berdiam di Gunung Tsur selama tiga malam, sampai situasi kembali aman
untuk melanjutkan perjalanan. Kemudian, beliau memilih Abdullah bin Uraiqith,
seorang musyrik, sebagai penunjuk jalan dan mengutus Abdullah bin Abu Bakar
untuk mencari kabar tentang kaum Quraisy, dan diakhiri dengan Amir bin Fahirah
yang menggembala kambing di sekitar gua, untuk berjaga-jaga.
Betul-betul sebuah perencanaan yang matang.
Jika
teladan kita, Nabi Muhammad saja membuat perencanaan untuk mewujudkan visi-visinya.
Masa kita sebagai umat-nya tak mencontoh. Ada memang sebagian yang apatis
dengan adanya trend membuat resolusi akhir tahun. Mereka berargumentasi, kita
memang boleh berencana tetapi Allah adalah sebaik-baik perencana, jalanilah
hidup ini seperti air yang mengalir. Ah, ngalir sajalah. Apa yang ada di depan,
kita jalani saja. Toh, kita tak pernah tahu tentang apa yang akan terjadi di
masa depan. Lagipula, semua sudah ditakdirkan.
Katanya
pula, buat apa membentuk mimpi-mimpi. Semua sudah digariskan dalam kehidupan
ini. Kalau memang ditakdirkan kaya, ya kaya. Kalau memang sudah ditakdirkan
sukses ya sukses. Kalau miskin, ya miskin aja. Ngapain repot-repot. Toh semua
sudah ada yang mengatur.
Jika
ada yang berargumen demikian, entah mengapa tarikan nafasku semakin dalam dan
panjang saja. Meski ada yang mengatur, kita tetap harus berikhtiar kan? Tuh
buktinya Nabi Muhammad dalam peristiwa hijarah. Betul-betul membuat perencanaan yang
matang dengan strategi brilian untuk menggapainya. Lah, kalo mengalir
seperti air itu tak ubahnya orang yang pasrah dengan keadaan. Hanya berpangku
tangan. Seperti orang yang ingin kaya, sehari-harinya hanya do'a dan do'a. Lalu,
berharap ada uang sekarung jatuh dihadapannya saat lagi berdo'a.
***
Harus
aku akui, beberapa target yang kubuat tahun 2015 banyak sekali yang
berantakan, namun ada juga beberapa yang terwujud dan sesuai harapan. Bahkan,
ada juga kejutan-kejutan yang di luar dugaan. Itulah mengapa kita harus
senantiasa menyemai syukur setiap hari. Kejutan dari Allah akan senantiasa
menyertai hamba-Nya yang tahu berterima kasih, yang tahu bersyukur.
Ada
beberapa hal menarik dan meninggalkan kesan selama 2015 ini. Tapi, nggak usah
lah aku ceritakan. Meski hal menarik dan berkesan itu cukup banyak, soalnya
nggak bakalan selesai aku ceritain sehari semalam. Cukup dikonsumsi pribadi
saja, lagian juga yang namanya privasi itu lebih baik nggak usah jadi bahan konsumsi
publik. Selain dikira nanti pamer, juga sangat rentan dengan benih-benih ujub
dan riya. Apalagi, kalo dibilang lagi cari perhatian. Waaaaaaaaaaah, nggak enak
juga kan!
Tidak
seperti tahun-tahun sebelumnya, 2016 aku memutuskan hanya ingin membuat satu
resolusi saja. Cukup satu. Agak terdengar aneh dan nggak biasa. Iya soalnya
itu pelajaran yang aku dapat sepanjang tahun 2015. Tahun 2015 aku nggak fokus,
terlalu banyak yang diinginkan. Persis warna balon, rupa-rupa warnanya. Resolusinya adalah aku ingin fokus pada tahun 2016, ya fokus bin khusyuk. Hidup, pekerjaan,
keseharian, cara berpikir, dan tentu saja utamanya dalam beribadah.
Pada
tahun 2016 hal yang ingin terjadi, aku ingin lebih fokus pada pekerjaan. Pada
setiap project, pada setiap kesempatan kebaikan yang ada. Aku akan mengambil pekerjaan
yang sanggup kulakukan saja. Yang sesuai passion, skill, dan tidak menyita
banyak waktu. Aku tidak ingin menjadi budak kerja, budak project, dan segala
hal yang mengganggu kebutuhan ibadah dan kebutuhan untuk bercengkerama dengan keluargaku.
Aku
hanya mengambil yang penting, yang inti, dan yang esensi. Sehingga aku bisa
lebih fokus dan khusyuk dalam menjalani hidup. Pikiran tidak terpecah, raga
tidak kacau, dan sakit tidak sering menyapa. Lebih-lebih karena aku merasa
tahun 2015 performa ibadah menurun dengan sangat drastis.
Aku
ingin hidup sederhana, hidup dengan desain yang minimalis. Membeli hanya yang
dibutuhkan saja. Membawa yang diperlukan saja. Lebih banyak meluangkan waktu untuk
keluarga, dan memperkaya pengalaman spiritual dan pengembangan karakter. Lebih
banyak jalan, mengunjungi banyak tempat, dan tentu lebih banyak karya. Tak lagi
mengurusi hal-hal remeh dan sepele. Tak lagi mengurusi hal-hal yang sebenarnya aku
tahu hal itu tak perlu diurusi.
Selamat
datang 2016. Insyaallah aku akan lebih fokus dan khusyuk. Baik dalam
keseharian, ibadah, pekerjaan, dan juga cita-cita.
***
Via
Pribadi
Posting Komentar