Cerpen
Cerpen | Sepulang Kondangan
Ada kebiasaan jelek dulu yang pernah aku lakukan, jaman masih abg. Abege, ya anak masih cabe, belum jadi lombok. Percaya atau nggak? pacarku selalu cantik. Itu hoki atau memang ceweknya kelilipan ya, mau pacaran sama aku yang anak tukang menir. Hahhaha.
Tapi, memang targetku punya pacar asal cantik. Hal itu mutlak dan tak bisa ditawar lagi. Lalu, apa hubungannya kebiasaan jelek sama cewek cantik? Ya ada hubungannya, jeleknya itu karena sering gonta-ganti pacar. Ampun yaaaaaaaa, parah banget! Ceweknya juga salah sih, cantik-cantik bloon, mau aja dipacarin untuk waktu yang singkat.
Ini kan bentuk pertobatan, jadi ya ingin pengakuan jujur. Lucunya itu, ternyata aku tak cinta sama pacar-pacarku yang cantik tadi. Aku bangga aja punya pacar cantik, soalnya aku sangat menikmati pandangan syirik dan dengki temen-temenku. Saat mereka menyaksikan aku bergandengan tangan dengan cewek cantik bak bidadari itu.
Saking sering gonta-gantinya, ibu pernah marahin dan ngomong. “Neer, nyari pacar itu jangan cuma cantik orangnya, cantik juga hatinya. Kecantikan fisik nggak bertahan lama, nggak abadi kaya cantik hati”.
Itu kalimat sampai aku hapal, entah berapa kali ibu bilang begitu? Sampe kesel bener aku dibuatnya. Males bener dengerin ceramah ibu. “Ampuuunnn ya sema. Rewel dih”.
Belakangan ini, ajaib sekali. Akhirnya aku malah setuju dengan ucapan ibu 10 tahun yang lalu itu. Bagaimana tidak setuju, setiap kali kondangan dan menghadiri undangan temen? Aku menemukan dan melihat saban cewek yang dulu pernah aku taksir semuanya sudah berubah, tanpa pengecualian. Hahahhaa.
Aku sempat merenung lama untuk memahami, kok waktu sangat kejam ya sama mereka. Iya kejam banget, waktu telah menyulap bidadari-bidadari itu jadi seperti karung beras dan buta sandiwara. Apalagi pas marahin anak-anaknya, hadeuuuuuuuuuuhh mereka seperti nenek lampir, cerewet-cerewet dan galak. Geleng kepala dan ngelus dada aku.
Aku jadi kangen ibu, kalo melihat pemandangan itu. Subhanallah, ternyata omongan ibu hampir selalu benar. Sayangnya, omongan ibu itu terlalu sulit untuk dipahami oleh anak muda. Kita baru akan memahami nasihat tersebut bukan saat nasehat itu disampaikan, tapi bisa 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, atau baru nanti setelah ajal mau menjemput.
Aku bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada ibuku, I love you mom. Maafin meneer ya ma, dulu pernah suka bandel, dibilangin nggak nurut. Meneer janji, nggak akan nyari istri yang seperti bidadari, bukan yang soulmate, bukan yang sempurna, tapi yang akan dijadikan istri itu yang cantik hatinya.
Mohon maaf tidak ada maksud menyinggung. Jika ada yang tersinggung. Buang-buang jauh-jauh sikap mudah tersinggung, karena itu sikap jaman jahiliyah, ini kan udah jaman Iis Dahlia.
***
Tapi, memang targetku punya pacar asal cantik. Hal itu mutlak dan tak bisa ditawar lagi. Lalu, apa hubungannya kebiasaan jelek sama cewek cantik? Ya ada hubungannya, jeleknya itu karena sering gonta-ganti pacar. Ampun yaaaaaaaa, parah banget! Ceweknya juga salah sih, cantik-cantik bloon, mau aja dipacarin untuk waktu yang singkat.
Ini kan bentuk pertobatan, jadi ya ingin pengakuan jujur. Lucunya itu, ternyata aku tak cinta sama pacar-pacarku yang cantik tadi. Aku bangga aja punya pacar cantik, soalnya aku sangat menikmati pandangan syirik dan dengki temen-temenku. Saat mereka menyaksikan aku bergandengan tangan dengan cewek cantik bak bidadari itu.
Saking sering gonta-gantinya, ibu pernah marahin dan ngomong. “Neer, nyari pacar itu jangan cuma cantik orangnya, cantik juga hatinya. Kecantikan fisik nggak bertahan lama, nggak abadi kaya cantik hati”.
Itu kalimat sampai aku hapal, entah berapa kali ibu bilang begitu? Sampe kesel bener aku dibuatnya. Males bener dengerin ceramah ibu. “Ampuuunnn ya sema. Rewel dih”.
Belakangan ini, ajaib sekali. Akhirnya aku malah setuju dengan ucapan ibu 10 tahun yang lalu itu. Bagaimana tidak setuju, setiap kali kondangan dan menghadiri undangan temen? Aku menemukan dan melihat saban cewek yang dulu pernah aku taksir semuanya sudah berubah, tanpa pengecualian. Hahahhaa.
Aku sempat merenung lama untuk memahami, kok waktu sangat kejam ya sama mereka. Iya kejam banget, waktu telah menyulap bidadari-bidadari itu jadi seperti karung beras dan buta sandiwara. Apalagi pas marahin anak-anaknya, hadeuuuuuuuuuuhh mereka seperti nenek lampir, cerewet-cerewet dan galak. Geleng kepala dan ngelus dada aku.
Aku jadi kangen ibu, kalo melihat pemandangan itu. Subhanallah, ternyata omongan ibu hampir selalu benar. Sayangnya, omongan ibu itu terlalu sulit untuk dipahami oleh anak muda. Kita baru akan memahami nasihat tersebut bukan saat nasehat itu disampaikan, tapi bisa 10 tahun lagi, 20 tahun lagi, atau baru nanti setelah ajal mau menjemput.
Aku bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada ibuku, I love you mom. Maafin meneer ya ma, dulu pernah suka bandel, dibilangin nggak nurut. Meneer janji, nggak akan nyari istri yang seperti bidadari, bukan yang soulmate, bukan yang sempurna, tapi yang akan dijadikan istri itu yang cantik hatinya.
Mohon maaf tidak ada maksud menyinggung. Jika ada yang tersinggung. Buang-buang jauh-jauh sikap mudah tersinggung, karena itu sikap jaman jahiliyah, ini kan udah jaman Iis Dahlia.
***
Via
Cerpen
Posting Komentar