Soal Penampilan
Fakta dan kenyataan berdasarkan penelitian Prof. Talkiban, dalam kesehariannya umat manusia ternyata menganggap penting yang namanya penampilan.
Penampilan itu sebanding lurus dengan persepsi dan penilaian orang terhadap kita. Mau buktinya? Ini nih buktinya. Jangan heran kalo pencopet dandanannya begitu perlente. Mengapa bisa demikian? Ya karena biar nggak dikira sebagai tukang copet!
Kalo bertato, dekil, dan langka urus. Baru dekat dikit aja, udah pasang kuda-kuda. Mawas diri. Siap siaga menjaga dompet dan tas-nya. Gimana mau nyopet? Lain copet lain seniman. Khusus Indramayu, seniman itu selain "jenggo & gondrong", harus juga beristri dua.
Lah kok bisa? pasti bertanya-tanya kan. Ya karena ada lelucon bagi wong dermayu. Kalo beristri lebih dari satu, cuma ada dua. Kalo nggak pengusaha ya profesinya dalang.
"Sira jare kawin maning ya? Bos apa sih? Bandar Bar tah?"
"Ora".
"Sira dalang ya".
"Hihiiihhii"
Ketangkap basah deh. Skak Ster. Aku merenung lama untuk memecahkan alasan yang mendasari mereka kaum dalang akhirnya kawin lagi. Aku cuma tersenyum, setelah tahu alasannya. Ternyata itu pelampiasan kebutuhan biologis semata, lantaran salah bergaul. Gaulnya sama alat musik dan mikropon mulu sih. Ampun yaaaaaaaa! Hahhahaha.
Copet ya copet, seniman juga ya seniman. Beda banget sama banci. Dandanannya tingeling. Dari aksesoris laki sampai betina nempel di tubuhnya. Tas, syal, gelang, cincin, bando, dan perangkat bedak juga dibawa. Anehnya itu kan aksesoris cewek tidak bisa menggantikan sisi ke-lelakiannya. Tetap aja ada jakun, bokong tepos, dan rambut pendek.
Kalo yang sudah lihat beginian. Aku ngakak nggak brenti-brenti. Sampai sakit perut. Ya Allah sampe segitunya ya, untuk sebuah penampilan. Aktualiasi diri, konon katanya. Jadi, supaya bener-bener disebut sebagai copet, seniman, maupun banci harus prima dalam penampilan. Aktualisasi dirinya harus maksimal. Sebab jika tak maksimal, aktualisasinya kurang. Akan berakibat kurangnya status dan profesinya. Idih-idih, hahhaha.
Penampilan juga menurut Prof. Talkiban merupakan bentuk penghargaan kita terhadap orang lain. Rasanya tidak pantas saja, seorang lebe di desa ketika mengawinkan pasangan, tidak memakai kopiah. Misalnya yang dipakai helm atau blangkon. Yang hadir pasti terheran dan tertawa terbahak-bahak.
Jadi, ingat Aa Gym tempo hari. Beliau pernah ngomong mengapa selalu pakai sorban? Konon karena ulah usil jamaahnya yang pernah protes kepada Aa Gym. Aa kalo nggak pake sorban kurang ngustad katanya, lebih mirip santri kyai. Sejak itu sampai sekarang Aa Gym selalu pakai sorban. Aktualisasi diri itu penting juga ya. Hahahhaha.
Dari tadi ngomongin orang aja. Bagaimana dengan dandananku ya? Bagi sepertiku yang hobinya nulis. Apa ya, hehehe? Apa ya ciri-cirinya untuk aktualisasi diri sebagai penulis. Gambarku kali ini sudah mewakili dandanan penulis belum ya? Ada masukan? Aku bener-bener mengharapkannya. Ditunggu ya!.
***
Penampilan itu sebanding lurus dengan persepsi dan penilaian orang terhadap kita. Mau buktinya? Ini nih buktinya. Jangan heran kalo pencopet dandanannya begitu perlente. Mengapa bisa demikian? Ya karena biar nggak dikira sebagai tukang copet!
Kalo bertato, dekil, dan langka urus. Baru dekat dikit aja, udah pasang kuda-kuda. Mawas diri. Siap siaga menjaga dompet dan tas-nya. Gimana mau nyopet? Lain copet lain seniman. Khusus Indramayu, seniman itu selain "jenggo & gondrong", harus juga beristri dua.
Lah kok bisa? pasti bertanya-tanya kan. Ya karena ada lelucon bagi wong dermayu. Kalo beristri lebih dari satu, cuma ada dua. Kalo nggak pengusaha ya profesinya dalang.
"Sira jare kawin maning ya? Bos apa sih? Bandar Bar tah?"
"Ora".
"Sira dalang ya".
"Hihiiihhii"
Ketangkap basah deh. Skak Ster. Aku merenung lama untuk memecahkan alasan yang mendasari mereka kaum dalang akhirnya kawin lagi. Aku cuma tersenyum, setelah tahu alasannya. Ternyata itu pelampiasan kebutuhan biologis semata, lantaran salah bergaul. Gaulnya sama alat musik dan mikropon mulu sih. Ampun yaaaaaaaa! Hahhahaha.
Copet ya copet, seniman juga ya seniman. Beda banget sama banci. Dandanannya tingeling. Dari aksesoris laki sampai betina nempel di tubuhnya. Tas, syal, gelang, cincin, bando, dan perangkat bedak juga dibawa. Anehnya itu kan aksesoris cewek tidak bisa menggantikan sisi ke-lelakiannya. Tetap aja ada jakun, bokong tepos, dan rambut pendek.
Kalo yang sudah lihat beginian. Aku ngakak nggak brenti-brenti. Sampai sakit perut. Ya Allah sampe segitunya ya, untuk sebuah penampilan. Aktualiasi diri, konon katanya. Jadi, supaya bener-bener disebut sebagai copet, seniman, maupun banci harus prima dalam penampilan. Aktualisasi dirinya harus maksimal. Sebab jika tak maksimal, aktualisasinya kurang. Akan berakibat kurangnya status dan profesinya. Idih-idih, hahhaha.
Penampilan juga menurut Prof. Talkiban merupakan bentuk penghargaan kita terhadap orang lain. Rasanya tidak pantas saja, seorang lebe di desa ketika mengawinkan pasangan, tidak memakai kopiah. Misalnya yang dipakai helm atau blangkon. Yang hadir pasti terheran dan tertawa terbahak-bahak.
Jadi, ingat Aa Gym tempo hari. Beliau pernah ngomong mengapa selalu pakai sorban? Konon karena ulah usil jamaahnya yang pernah protes kepada Aa Gym. Aa kalo nggak pake sorban kurang ngustad katanya, lebih mirip santri kyai. Sejak itu sampai sekarang Aa Gym selalu pakai sorban. Aktualisasi diri itu penting juga ya. Hahahhaha.
Dari tadi ngomongin orang aja. Bagaimana dengan dandananku ya? Bagi sepertiku yang hobinya nulis. Apa ya, hehehe? Apa ya ciri-cirinya untuk aktualisasi diri sebagai penulis. Gambarku kali ini sudah mewakili dandanan penulis belum ya? Ada masukan? Aku bener-bener mengharapkannya. Ditunggu ya!.
***
Posting Komentar