Seksualitas dan Daya Tarik
Dalam suatu waktu di Pusat Jajanan Cimanuk, aku melihat seorang perempuan muda yang lewat. Sebelumnya maaf, ini opini pribadi. Dia mengenakan jilbab tetapi baju dan celana yang dipakainya, kok ketat sekali. Istilah kerennya jilboobs. Kalo aku sih menyebutnya "kosidah" - duwure dibrongkos sore mah endah.
Memang, luarnya pakai sackdress lagi. Sackdress itu sepantasnya digunakan untuk musim panas. Sangat terbuka soalnya. Hanya saja, aku merasa janggal melihatnya. Aku jadi berpikir, apa ada hubungannya dengan “Disorientasi Moral”? Aku berharap sih tidak ada.
Satu kenyataan yang tidak bisa dihindari bahwa memang kita semua memiliki ketertarikan seksual secara fisik. Ketertarikan secara seksual ini disebut juga dengan istilah daya tarik seksual.
Balik lagi, soal perempuan tadi. Aku melihatnya sebagai seorang perempuan yang berusaha untuk mengikuti apa yang diyakininya, bahwa berjilbab itu kewajiban. Namun demikian, satu sisi tetap juga ingin mengukuhkan dirinya sebagai “perempuan yang menggairahkan”. Inilah naluri seksualitas dan daya tariknya.
Semuanya boleh tertutup rapat, tetapi tidak berarti tidak boleh dilirik kan? Seakan memberikan kesan, aku juga pantas loh dilirik kaum adam. Ada keinginan untuk ditaksir. Namanya juga masih muda, pasti ingin dong mendapatkan pasangan! Yang tua saja banyak, apalagi yang muda. Masa nggak boleh?
Jangankan kita manusia yang punya akal dan pikiran sebagai makhluk sempurna. Binatang aja kalo mau kawin menggoda pasangannya dulu. Sebut saja, monyet. Hewan ini kalo mau kawin, membuat dulu sarangnya. Dengan sarang yang nyaman dan bagus, monyet betina akhirnya mau diajak kawin. Kalo nggak percaya, buktiin aja langsung ke Koloni Monyet di Desa Bulak, Jatibarang.
Monyet itu mirip manusia meski berbeda pada jumlah bulu dan kapasitas otak. Ngomongin bulu, jadi inget temenku punya kawan, yang lebih tertarik pada gadis yang berbulu. Oiyaaa, sobat ada yang punya kecenderungan persis dia nggak? Ngaku aja deh, ngacung. Mana nih yang lebih suka pasangannya berbulu?
Tak beda dengan monyet, ayam pun sama, ketika mau kawin. Itu si betina banyak bertingkah. Ko kok pe tok, si betina bersenandung. Penuh cumbu rayu kepada si jantan. Sang jago tak kalah beraksi, dia pun mulai mengeluarkan jurus mautnya, dengan gaya mengitari betina sambil menjulurkan bulu sayapnya sebelah ke tanah. Gerakannya indah banget.
Itu perilaku beberapa hewan soal daya tarik seksual. Apalagi manusia, makhluk yang lebih sempurna. Saban individu punya gaya dan cara masing-masing soal daya tarik menarik seksual ini. Sesuka hati. Soal daya tarik, pria memiliki persepsi tersendiri terhadap apa yang menurutnya menarik dan menjadi daya tarik. Begitu juga dengan perempuan. Sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui, begitulah faktanya.
Apa ada yang mau dibilang jelek? Kalaupun ada, pasti sebenarnya sedih juga. Apa ada yang mau dibilang tidak menarik?! Kalaupun ada, sebetulnya tetap memiliki usaha untuk bisa menarik. Meskipun dengan penampilan yang diakui se-cuek, se-acuh, se-rapat, dan se-sederhana pun sebetulnya itu adalah bagian dari usaha juga.
Ya usaha untuk mendayagunakan ketertarikan seksualnya. Ini alamiah dan fitrah manusia. Memang begitu. Makanya, jangan heran bila kemudian sudah berdandan seperti itu masih tetap banyak yang suka. Namanya juga daya tarik seksual.
Daya tarik seksual tidak hanya soal fisik saja, cara berdandan dan bentuk tubuh. Tapi juga, cara berjalan, cara memandang, cara bicara, pokoknya semua yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan oleh fisik bisa menjadi daya tarik dan menarik secara seksual.
Nggak percaya? Ini aku kasih bukti satu. Contohnya, desahan. Dengan mendesah dan melenguh panjang saja bisa sangat mengundang kan? Persis kejadian belum lama.
“Suara aku seksi nggak mas Meneer?” Godanya genit padaku setelah ngomong dengan suara desah serak-serak basah. Hahhahaa
***
Memang, luarnya pakai sackdress lagi. Sackdress itu sepantasnya digunakan untuk musim panas. Sangat terbuka soalnya. Hanya saja, aku merasa janggal melihatnya. Aku jadi berpikir, apa ada hubungannya dengan “Disorientasi Moral”? Aku berharap sih tidak ada.
Satu kenyataan yang tidak bisa dihindari bahwa memang kita semua memiliki ketertarikan seksual secara fisik. Ketertarikan secara seksual ini disebut juga dengan istilah daya tarik seksual.
Balik lagi, soal perempuan tadi. Aku melihatnya sebagai seorang perempuan yang berusaha untuk mengikuti apa yang diyakininya, bahwa berjilbab itu kewajiban. Namun demikian, satu sisi tetap juga ingin mengukuhkan dirinya sebagai “perempuan yang menggairahkan”. Inilah naluri seksualitas dan daya tariknya.
Semuanya boleh tertutup rapat, tetapi tidak berarti tidak boleh dilirik kan? Seakan memberikan kesan, aku juga pantas loh dilirik kaum adam. Ada keinginan untuk ditaksir. Namanya juga masih muda, pasti ingin dong mendapatkan pasangan! Yang tua saja banyak, apalagi yang muda. Masa nggak boleh?
Jangankan kita manusia yang punya akal dan pikiran sebagai makhluk sempurna. Binatang aja kalo mau kawin menggoda pasangannya dulu. Sebut saja, monyet. Hewan ini kalo mau kawin, membuat dulu sarangnya. Dengan sarang yang nyaman dan bagus, monyet betina akhirnya mau diajak kawin. Kalo nggak percaya, buktiin aja langsung ke Koloni Monyet di Desa Bulak, Jatibarang.
Monyet itu mirip manusia meski berbeda pada jumlah bulu dan kapasitas otak. Ngomongin bulu, jadi inget temenku punya kawan, yang lebih tertarik pada gadis yang berbulu. Oiyaaa, sobat ada yang punya kecenderungan persis dia nggak? Ngaku aja deh, ngacung. Mana nih yang lebih suka pasangannya berbulu?
Tak beda dengan monyet, ayam pun sama, ketika mau kawin. Itu si betina banyak bertingkah. Ko kok pe tok, si betina bersenandung. Penuh cumbu rayu kepada si jantan. Sang jago tak kalah beraksi, dia pun mulai mengeluarkan jurus mautnya, dengan gaya mengitari betina sambil menjulurkan bulu sayapnya sebelah ke tanah. Gerakannya indah banget.
Itu perilaku beberapa hewan soal daya tarik seksual. Apalagi manusia, makhluk yang lebih sempurna. Saban individu punya gaya dan cara masing-masing soal daya tarik menarik seksual ini. Sesuka hati. Soal daya tarik, pria memiliki persepsi tersendiri terhadap apa yang menurutnya menarik dan menjadi daya tarik. Begitu juga dengan perempuan. Sadar atau tidak sadar, diakui atau tidak diakui, begitulah faktanya.
Apa ada yang mau dibilang jelek? Kalaupun ada, pasti sebenarnya sedih juga. Apa ada yang mau dibilang tidak menarik?! Kalaupun ada, sebetulnya tetap memiliki usaha untuk bisa menarik. Meskipun dengan penampilan yang diakui se-cuek, se-acuh, se-rapat, dan se-sederhana pun sebetulnya itu adalah bagian dari usaha juga.
Ya usaha untuk mendayagunakan ketertarikan seksualnya. Ini alamiah dan fitrah manusia. Memang begitu. Makanya, jangan heran bila kemudian sudah berdandan seperti itu masih tetap banyak yang suka. Namanya juga daya tarik seksual.
Daya tarik seksual tidak hanya soal fisik saja, cara berdandan dan bentuk tubuh. Tapi juga, cara berjalan, cara memandang, cara bicara, pokoknya semua yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan oleh fisik bisa menjadi daya tarik dan menarik secara seksual.
Nggak percaya? Ini aku kasih bukti satu. Contohnya, desahan. Dengan mendesah dan melenguh panjang saja bisa sangat mengundang kan? Persis kejadian belum lama.
“Suara aku seksi nggak mas Meneer?” Godanya genit padaku setelah ngomong dengan suara desah serak-serak basah. Hahhahaa
***
Posting Komentar