Cerpen
Cerpen | Jomblo dan Ayam-ayamnya
Aku
tak pernah membayangkan sore itu aku bisa melihat bidadari, kirain bidadari itu
hanya ada di surga. Tapi, sore itu aku melihat bidadari ada di dunia.
Sungguh,
aku terpana. Kedua temanku meledek puas melihatku bengong, persis kebo
bego. Obrolan kemudian, aku tahu siapa namamu! Asli gadis desa yang konon belum
menikah. Waaaaaaaah, dalam hati peluang masih terbuka. Hhehehhe.
Kami
bertiga yang sedang midang di ranggon terkejut oleh kedatanganmu,
meski hanya sekilas sambil lewat. Raut ayu wajah berbalut senyum manismu terkenang
kuat dalam benakku.
Percintaanku
memang kandas di tengah jalan. Yang kurasa, bintang-bintang selalu bersinar
menghiasi malam-malamku. Siangnya, matahari pun selalu cerah tak pernah mendung apalagi sampai turun hujan. Semua peristiwa alam terasa datar dan monoton.
Tetapi,
melihatmu sore itu seakan peristiwa alam tadi langsung berubah. 180 derajat berbalik. Melihat bulan, yang terlihat adalah wajahmu. Merasakan hangatnya matahari seakan merasakan hangat senyummu.
Aku
merasa aneh, kok semuanya berubah. Berubah menjadi sosok bayangmu semua. Arggghhhh
... aku yang sinting atau alamnya. Aku heran mengapa semua berubah setelah perjumpaan itu?
**
Dulu,
sewaktu kawanku minta tolong, “Neer, kalau kamu ke pasar aku titip sendal ya
…”. Tahukah apa yang aku rasakan ketika melihat sendal yang berjajar-susun berpasangan? Aku seperti di tumbuk, hati tersayat-sayat. Ya ampuuuuuun tobaaaaaaat! Sandal aja
berpasangan, masa aku tidak.
Tidak
sampai di situ saja, aku jadi mendadak alergi sama ayam-ayamku di rumah. Saban
pagi, saat aku kasih makan, ayam-ayamku semua mendekat. Mengelilingiku. Terutama, si ayam
jago dan si ayam betina. Mereka selalu meledekku. Ayam kurang ajar!
Saat
si betina genit menggoda, “kokooook kokoooookk petok”. Si jago menjawab,
“kukuruyuk, hayuuuuu ke pojok”. Ayamku pintar, kalo pengen kawin mereka sembunyi ke
pojok. Kurang ajar kan! Ayamku menyindir. Emangnya diledek begitu, aku akan iri ya
melihat ayamku kawin. Nggak lah!
Aku kan manusia, masa disamain sama ayam. Tapi, dibiarin keterlaluan juga. Sekali dua kali emang nggak tersinggung. Lama-kelamaan, nih ayam nyebelin banget ya! Suatu pagi aku pisahin si jago sama si betina. Biar tahu rasa. Rasain loh! Mana bisa kawin! Aku kurung si betina dikandang.
Aku kan manusia, masa disamain sama ayam. Tapi, dibiarin keterlaluan juga. Sekali dua kali emang nggak tersinggung. Lama-kelamaan, nih ayam nyebelin banget ya! Suatu pagi aku pisahin si jago sama si betina. Biar tahu rasa. Rasain loh! Mana bisa kawin! Aku kurung si betina dikandang.
Hahaha,
aku tertawa puas, melihat si jago berkeliling kandang, si betina merengek minta
dilepas. Enak kan nggak bisa kawin? Hahhaha. Besok-besoknya si ema marah-marah.
Gegara telornya dipatokin sama si betina. Waaaaaaaaah, ayam betinaku bisa unjuk
rasa juga ya! Ok, satu sama ya kita, hai ayam-ayamku!
**
Akibat
konflik antara aku dan ayam-ayamku, aku bertekad untuk segera mengubah status
jombloku. Pucuk dicinta ulampun tiba, kata pepatah. Melihatmu sore itu, aku
berpikir ini kesempatanku. Tak akan aku sia-siakan, aku ingin melepas gelar jombloku.
Bagiku
tak penting kau membalas atau tidak perasaan ini. Cinta ya cinta, susah bagi
otakku untuk mengurainya. Cinta itu tanpa logika. Iya dong, kalo pake logika
kan, itu rumus matematika dong!
Selepas
mengajar, sore tadi hp di kantongku berdering. Dalam benak, pasti ini dari
operator provider. Ya, belakangan ini karena jomblo, yang setia
menghubungiku cuma operator. “Ayo isi ulang pulsa Anda, perbanyak poinnya
dan bawa pulang mobil mazda!”
Tapi,
setelah kulihat. Hp-ku hampir terjatuh. Kaget. Ternyata, kamu membalas bbm-ku!
Girangnya bukan kepalang. Setidaknya, peluang melepas status jombloku terbuka. Sampai jumpa perjaka, bye .. bye!. Hahhahaha.
***
Via
Cerpen
Posting Komentar