Opini
PPL, Si Pahlawan Pangan
Seorang PL sedang memanen padi di sawah demplot (uji coba). Sumber : Erdono |
Kali
ini pengen ngomongin PL, tapi bukan PL si pemandu lagu. Juga bukan perjaka
lapuk atau peli landung. PL Kali ini yang ingin kubahas adalah PL,
si penyuluh lapangan. Di tangan merekalah pemerintah punya data tentang
pertanian.
Ya
PL, orang yang bertemu langsung dengan petani. Dengan sepeda roda duanya yang
seringkali berdebu dan bercampur lumpur tanah, seorang PL akan menyambangi para
petani di tengah sawah. Medan yang kadang tak mudah.
Dari
jalan rusak dan terjal, bahkan sampai berkilo-kilometer pun siap dilalui. Nggak
kenal terik atau hujan. Putus rantai, ban bocor hingga sepeda motor tergelincir
adalah serba-serbi yang kerap dirasakan. Belum lagi ketika sudah di lokasi,
petaninya sedang tak ada di tempat. Huffft ... malang bener ya!
Informasi
dan program pertanian dari pemerintah adalah dua hal yang dibawa PL pertanian.
Data pertanian, data statistik hingga pengamatan lapangan terhadap permasalahan
petani di lapangan adalah ruang lingkup kerja penyuluh pertanian.
PL
adalah tempat bertanya. Meski profesinya bukan konsultan atau psikiater. PL
adalah tempat mengadukan permasalahan dan tempat meminta bantuan kebutuhan
pertanian. Mulai dari masalah hama, bibit, pengairan hingga teknik produksi dan
pengembangan pasca panen.
Selain
masalah teknis pertanian, PL juga tempat mengadu soal permodalan. Ada tugas
baru yang sedang digenjot pemerintah, yakini soal asuransi pertanian, khususnya
padi.
Petani
diharapkan mengasuransikan usahataninya. Supaya dampak resiko kerugian yang
ditimbulkan oleh serangan hama atau dampak faktor alam yang ekstrem seperti
banjir dan kekeringan dapat diminimalisasi.
Dengan
begitu petani merasa terlindungi dari kerugian yang lebih besar. Sehingga
produksi pertanian tidak terganggu. Tak ada lagi petani yang gulung tikar.
Apalagi harus menjual lahan pertanian.
Namun
sayang, nasib PL masih pas-pasan. Kembang-kempis persis orang punya asma
sudah tahunan. Bayangkan, tenaga PL tidak seusai dengan rasio luas lahan.
Tugasnya terlalu berat. Aduhhhh kasihan!
***
Meneer
Panqi
Penulis,
pemerhati budaya dan konsultan media kreatif. Founder Markpreneur.
Banyak bekerjasama dalam dunia design, branding dan media sosial.
Via
Opini
Posting Komentar