Ads
Wisata
Heritage Trail, Ikon Baru Cirebon Tourism-1
Kota
Cirebon sebagai kota tua di Jawa, tentu meski tidak banyak. Jejak-jejak masa
lalunya masih bisa dijumpai. Dari event kemaren, “Visit Blogger
Kemenpar 2016” dalam rangka gerakan sadar wisata, kudapati tidak hanya heritage
berbentuk keraton.
Cirebon juga memiliki heritage lainnya, bangunan-bangunan kuno jaman
Belanda. Meski peninggalan
masa lampau Cirebon itu tidak banyak, tapi masih bisa dilacak keberadaannya. Terutama di Jalan Yos Sudarso. Tinggal, kita perbanyak informasi dan publikasi saja.
Melalui
beberapa situs sejarah berupa heritage tadi, yang lolos dari “kebiadaban” masa kini, masa lampau Cirebon itu akan terungkap.
Wajah pembangunan kota yang lebih berpihak kepada kapital, memang banyak mengorbankan bangunan kuno harus dirubuhkan dan diganti dengan bangunan modern. Seperti mall, hotel dan bangunan megah lainnya. Kasihan
memang!
Padahal, heritage itu penting sebagai identitas kota. Semakin banyak bangunan kuno yang dirubuhkan, generasi penerus akan susah mengenali sejarah dan identitas kotanya.
Putra-putri daerah akan kebingungan mengenal jati diri daerahnya. Krisis identitas
daerah akan menjangkiti kawula muda, kebanggaan pada kotanya sedikit demi
sedikit meluntur.
Salah
satu ciri khas yang umum dari heritage, biasanya terdapat pada bangunan pemerintahan, peribadatan,
pemukiman, dan perusahaan pada masa lalu.
Bangunan-bangunan tersebut dulu menjadi
penopang sekaligus jantung yang menggerakan detak politik, ekonomi, ibadah dan
interaksi sosial masyarakat kotanya.
Nah,
dengan melihat-lihat bangunan tersebut imajinasi kita semacam diseret jauh ke
masa lampau. Seru banget kan? Pasti membuat penasaran. Kegiatan seperti ini
lebih populer disebut dengan heritage trail.
Berikut ini beberapa heritage yang wajib
dikunjungi ketika sedang berada di Cirebon.
1. Gedung
Bank Indonesia cabang Cirebon
De Javasche Bank te Cheribon, 1937. Sumber : KITLV. |
Gedung ini pembangunannya dilakukan
secara bertahap, pada awalnya digunakan sebagai Kantoor Agentschap De
Chirebon dibuka tanggal 31 Juli 1886 sebagai kantor cabang ke-5 De
Javasche Bank. Karena berkembang pesat maka perlu memiliki bangunan
sendiri.
Maka pada tanggal 30 Desember 1896
dibeli lahan 600 m2, sedang bangunan direalisasikan 23 tahun kemudian. Gedung
didirikan tanggal 21 September 1919, peletakan batu pertama dilakukan oleh Jan
Narianus Gerritzen, putera Direktur De Javasche Bank, M.J. Gerritzen.
Gedung dirancang oleh Biro Arsitek
F.D. Cuypers & Hulswit dengan gaya Art Deco. Bank sekarang ini telah
tiga kali berganti nama, De Javashe Bank, lalu menjadi Hanpo Kaihatsu
Ginko pada masa pendudukan Jepang. Setelah dinasionalisasikan berdasarkan
Undang-undang No. 11 tahun 1953 namanya diganti Bank Indonesia.
Bangunan terdiri dari 3 lantai,
material utama dari batu, batu bata, semen, pasir, besi, kayu jati, batu pualam
dan genteng.
Sekarang Bank Indonesia, berawal dari De Javasche Bank. Sumber : Didno, 2016. |
Gedung memiliki pintu masuk
berbentuk setengah lingkaran atasnya terdapat ventilasi, dan lantai 2 terdapat
teras ditopang oleh 4 buah pilar bulat dilengkapi teras berpagar pendek
berhias, dan berpintu kaca.
Diatasnya dibentuk relung, untuk
bangunan bagian selatan jendelanya kecil lurus ke atas juga dilengkapi
ventilasi kaca. Sedangkan bangunan lantai ke-3 membentuk seperti menara persegi
empat hiasannya berbentuk simetris keliling, atasnya terdapat hiasan di setiap
sudut, atapnya berbentuk kubah segi delapan puncaknya runcing.
Bank Indonesia Cirebon. Sumber : Gandhi/Suta Wijaya. |
Gedung ini berada di Jalan Yos
Sudarso, di jalan ini memang banyak dijumpai bangunan kuno. Hal ini membuktikan
bahwa dulu denyut perekonomian Kota Cirebon berada di kawasan jalan tersebut.
2. Gedung
Walikota Cirebon
Gemeentekantoor Cheribon, 1934. Sumber : KITLV. |
Gedung
yang bertembok warna putih dan bertekstur halus ini, dibangun atas prakarsa J.J.
Jiskoot, Direktur Gemeentewerken—Dinas Pekerjaan Umum. Pembangunan
fisik bangunannya mulai dilakukan pada 1 Juli 1926 dan selesai dibangun pada 1
September 1927. Biaya pembangunannya menghabiskan dana sekitar 165000 gulden.
Gedung
Balai Kota ini memiliki 3 bangunan secara terpisah yang terdiri dari bangunan
utama dan bangunan pendamping di sayap kiri dan sayap kanannya. Di bagian depan
pada bangunan utama terdapat portico yang berbentuk setengah lingkaran.
Pada
bagian dalam pada bangunan utama banyak terdapat kaca patri yang memiliki
hiasan bervariasi. Di dinding bagian depan pada bangunan utama memiliki enam
buah hiasan udang yang menempel pada dinding.
Tim Visit Blogger berpose di depan Balai Kota Cirebon, 2016. Sumber : Didno. |
Di
dalam ruangan pada bangunan utama memiliki banyak bentuk pilaster yang
bercirikan tuscan. Tuscan merupakan salah satu arsitektur Romawi klasik
yang memiliki hiasan moulding pada kepala tiangnya.
Gedung
ini semula berfungsi sebagai Raadhuis—Dewan Perwakilan Kota—yang mana
berfungsi sebagai pusat administrasi Kota Praja Cirebon.
Dari
data yang diketahui, gedung ini dulu sering digunakan sebagai tempat pertemuan
dan pesta pernikahan kalangan bangsa Eropa. Selanjutnya, pada masa pendudukan
Jepang dan masa kemerdekaan, gedung ini menjadi pusat Pemerintah Kota Cirebon.
Balai Kota Cirebon. Sumber : kabar-cirebon.com |
Gedung
ini merupakan salah satu heritage—warisan budaya—benda cagar budaya, yang
masih utuh hingga sekarang. Lebih pentingnya, sebagai bukti sejarah
perkembangan seni arsitektur dari jaman kolonial hingga sekarang.
Sebagai BCB, gedung
ini telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan Surat Keputusan Walikota
Cirebon Nomor 19 Tahun 2001.
***
Meneer Pangky
Pengamat budaya amatir
Via
Ads
Posting Komentar