Umat Blenger
Jaman
medsos, ada yang membuatku geli. Geliku ini beralasan. Mereka yang pinter, yang
mengklaim sebagai kaum intelektual. Kadang tindak-tinduknya bak orang blenger.
Seharusnya, orang pinter itu harus paham.
Ya
memang cirinya harus paham, meski tidak mudah memahami segala sesuatunya,
apalagi saat era medsos ini. Semuanya serba cepat. Informasi datang saling
berlawanan. Ahli mulud dengan anti mulud. Anti politik dengan ahli politik. Sesungguhnya
mereka adalah ahli tanya dan ahli mrintah.
Karena,
kalo memang ahli, seharusnya cara perlawanannya harus lebih halus, tidak dengan
melabeli, tidak dengan menghakimi, dan tidak dengan maki-makian. Apalagi sampai
melemparkan kata-kata kotor dan hewan kebun binatang.
Mereka
yang ahli, biasanya tak sampai hati untuk melakukan itu. Hanya mengeluarkan
sindiran-sindiran halus nan bermakna. Halus mulus dan mengena. Seperti sentuhan
duda yang pengalaman dimana bisa memabukkan perempuan-perempuan. Bikin
ketagihan. Bukan sentuhan perjaka, yang kasar dan buru-buru.
"Guyon dan humor mereka luar biasa bagusnya. Tidak garing dan renyah seperti gorengan kacang. guyonnya itu akan membuat orang-orang berpikir terlebih dahulu untuk selanjutnya tertawa terbahak-bahak".
Bukan
model humor lawakan di televisi dan sandiwara yang slapstik, selalu soal
fisik. Seperti ledekan, soal bibirnya yang dower, kepalanya yang pitak, matanya
yang juling, bibirnya yang sumbing, kupingnya yang budeg. Emosian bak permainan
short time, tak ubahnya para pengidap ejakulasi dini. Main bentar langsung
muncrat.
Mereka
kaum ahli, biasanya selalu kreatif memunculkan tokoh-tokoh imajinasi dan
istilah-istilah kreatif yang selalu berkembang. Mereka tak terpancing untuk
membalas dengan bahasa-bahasa kotor bin jijik dan merendahkan. Kan, manusia itu
makhluk sempurna. Tak pantas disandingkan dengan binatang.
Sekali
lagi, untuk penegasan. Mereka yang sejatinya ahli tak akan tega sampai hati
untuk membalas dengan perkataan bahasa kotor tersebut. Dasarnya, karena mereka
toleran dan paham makna ilmu kehidupan.
Khalifah
Ali, pernah ditanya, “Ya khalifah, apakah kebijaksanaan itu ?”. Khalifah
menjawab, “Menaruh sesuatu sesuai pada tempatnya. Sedangkan jahil adalah
kebalikannya..”.
Ahli
adalah lawan kata dari awam. Cuma dua pilihan. Tidak ada posisi tengah,
memangnya ini strategi main bola. Harus ada posisi pemain tengah. Tinggal pilih
ada di posisi mana, ada di barisan mana?
Tak
ubahnya hukum kausalitas alam, sunnatullah. Siang malam, benar salah. Kita
harus berpihak pada salah-satunya. Itulah kepahaman, itulah kebijaksanaan,
itulah kepintaran, bukan bingung atau blenger.
Sayangnya
saat ini banyak sekali orang-orang blenger. Umat blenger biasanya tidak tahu
apa-apa. Tidak mau belajar mendengarkan dan mencoba memilah perkataan.
Umat
blenger kalo ngomong selalu nglantur. Lebih banyak menjelaskan, yang ini yang itu.
Padahal tidak semua topik pembicaraan membuat orang tertarik untuk mendengarkan.
Tebruk-ku
pagi ini jadi terasa pahit setelah ngomong soal umat blenger.
Huuuuuuuuuuuuuuuuuuft, apa karena tulisannya ini sok pinter! Heheee.
***
Meneer Panqi
Penulis, pemerhati budaya dan konsultan media kreatif.
Posting Komentar