Opini
Masjidku Kini Sepi Pengunjung
Subuh
ini Man Takiban sudah duduk di kursi malas. Di mejanya ada secangkir tebruk
yang belum lama diseduh oleh istrinya, Warnyem.
Matanya
menatap jauh ke selaksa langit yang berona merah. Tanda sang mentari akan
bangun dari peraduannya. Dalam benaknya, ia berpikir lama.
Ia
heran. Dengan sebagian musafir atau traveller yang lebih butuh masjid sebagai
tempat berak dan kencing daripada menjadikan masjid sebagai sarana ibadah.
"Huuuuuuuuuuuuufft, jor-jor bae
lah. Reang dewek gah mengkonon. Mampir masjid mung kanggo ngaso andon liren lan
ngliyep".
Yang
jelas masjid bukan lagi sebagai pusat peradaban. Masjid cuma buat ampar-ampiran. Umat memang sudah jauh
dengan agamanya. Jangankan untuk menjalankan perintah agama, mendatangi
masjidnya saja jarang.
**
Iwan
Fals dan Slank lebih populer ketimbang "Lata" & "Uza", idol jaman jahiliyah dulu. Lata dan 'Uza
sudah ditinggalkan setelah Islam datang.
Kondisi
sosial masyarakat pada saat itu memang sedang gandrung dengan agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Agama
tauhid yang menjanjikan surga. Sebuah tempat dengan pelayan super cantik yang
siap sedia kapanpun melayani. Kekal pula di dalamnya.
Efeknya,
semua perintah agama dijalankan. Saat ada perintah shalat, langsung shalat,
saat disuruh zakat semuanya berzakat. Saat ada perintah puasa, semua gegap
gempita melaksanakan puasa. Begitupun, saat ada perintah haji, semuanya
melaksanakan ibadah haji.
Masjid
pun selalu ramai dengan jamaahnya. Tidak hanya shalat hari raya yang sesak
jubel, shalat lima waktu pun tak ada yang ketinggalan. Kekompakan yang
menggetarkan musuh-musuh Islam.
Jika
dulu, Lata dan 'Uza yang ditinggalkan oleh puluhan bahkan ratusan ribu
penyembahnya. Sekarang, giliran masjid-masjid ditinggal para jamaahnya.
Coba
bandingkanlah! Konser-konser Iwan Fals dan Slank senantiasa dihadiri oleh
puluhan bahkan ratusan ribu penonton. Banyakan mana coba? Melihat fakta
tersebut jangan bersedih! Tidak semuanya kok begitu. Masih ada yang berkunjung
ke masjid-masjid.
Misalnya,
sekedar mengambil foto prewedding.
Atau sekedar wisata heritage untuk melihat
sekaligus berdecak kagum dengan arsitektur dan bangunannya yang indah megah.
Atau datang berkunjung pas momentum ada tabligh akbar.
Masih
banyak kan yang datang? Jadi, nggak usah dikhawatirkan. Masih belum kategori
siaga 1 kok statusnya. Belum level kritis atau punah keberlangsungan hidupnya.
Belakangan
memang, masjid jadi ajang adu gengsi dan arena obyek wisata. Kaum konglomerasi
dan aghniya berlomba-lomba beradu
gengsi untuk membangun masjid yang paling megah dan indah.
Mereka
berkompetisi. Ada yang membangun masjid bertatahkan emas, ada yang berkubah 99,
ada yang berlantai marmer Italy, dan lain sebagainya. Ini kabar gembira dong!
Iya kan?
Fasilitas
masjid-masjidnya juga sangat mewah dan lengkap. Makanya jangan heran jika
masjid sekarang fungsinya lebih sekedar tempat numpang kencing dan berak
daripada menjadikannya sarana tempat bermuwajjahah dengan pencipta-Nya.
***
Meneer Panqi
Meneer Panqi
Penulis,
pemerhati budaya dan konsultan media kreatif.
Via
Opini
Posting Komentar