Indramayu
Sejarah
Perlawanan Rakyat Indramayu dalam Agresi Militer Belanda I (bag.1)
Gabungan Pasukan Rakyat Indramayu menduduki Kantor Asisten Residen Indramayu di Penganjang, 1947. Credit to National Archief Dutch. |
Pada
tanggal 23-24 Juni 1947, rel kereta api antara Stasiun Jatibarang dan Stasiun
Haurgeulis dibom. Keadaan dalam Kota Indramayu sangat lengang. Warga kota
menjadi panik. Ketua partai, tentara, dan laskar meninggalkan kota. Hal itu,
diikuti pula oleh sebagian besar warga kota.
Sampai
akhir Juni, semua tempat dan bangunan penting sudah diduduki oleh tentara
Belanda. Terutama Kota Indramayu dan Kawedanan-kawedanan. Pada tanggal 21 Juli
1947, tentara Belanda melakukan konvoi besar-besaran.
Pada hari itu rakyat
Indramayu menyaksikan konvoi truk, tank, dan mobil lapis baja melintas ke arah
Cirebon. Sebagian dari truk-truk itu bertuliskan "Naar Yogya". Belum ada kontak fisik terjadi antara laskar dan
tentara Belanda.
Kali
pertama kontak senjata rakyat Dermayu dan tentara Belanda terjadi pada tanggal
10 Agustus 1947 di Desa Larangan. Penyerangan terhadap konvoi ini dipimpin oleh
Makoli, laskar ini bersembunyi di kuburan kemudian mencegat dan melakukan
perlawanan.
Kemenangan ada di pihak Makoli. Sebuah truk, beberapa pucuk
senjata, dan bahan-bahan makanan berhasil disita. Satu tentara Belanda tewas
dalam pertempuran tersebut.
Kontak
senjata yang kedua terjadi di Desa Bondan, Kertasemaya. Pertempuran ini terjadi
pada tanggal 11 Agustus 1947. Kemenangan ada di pihak rakyat Dermayu. Beberapa
pucuk senjata dan pakaian berhasil disita. Dua orang tentara Belanda tewas,
satu luka-luka dari rakyat Desa Bondan.
Kontak
ketiga terjadi di Desa Kroya. Pada tanggal 15 Agustus 1947, dalam pertempuran
ini imbang. Tidak menghasilkan apa-apa. Lalu, pada tanggal 17 Agustus 1947,
dilakukan serangan besar-besaran oleh Laskar Hisbullah ke markas tentara
Belanda di Kawedanan Jatibarang. Pertempuran sengit pun terjadi diantara dua
pihak dalam waktu lama sampai menjelang sore, Laskar Hisbullah pun mundur
teratur.
Pada
tanggal 18 Agustus, dini hari tentara Belanda menyerang balik dengan menghujani
mortir di beberapa desa yang dianggap sebagai tempat-tempat yang dijadikan
markas laskar. Diantaranya, Desa Widasari dan Desa Tugu. Bahkan sebuah dusun di
Tunggul Payung hampir di sisir habis, yakni Telaga Dua.
***
Meneer Panqi
Pengamat Budaya Amatir
Via
Indramayu
Posting Komentar