esai
Pola Budaya : Melting Pot dan Salad Bowl [2]
Bagi mereka yang mendalami kebudayaan, tentunya istilah 'melting pot' dan 'salad bowl' sudah tak asing lagi, karena istilah ini adalah menu wajib dalam memahami sebuah pola budaya.
Lalu, apa hubungannya dengan kiriman tentang thanksgiving dan sedekah bumi. Itu sebenarnya sebagai prolog, bagaimanakah sebenarnya kita memposisikan kemajemukan? Apakah kita mengikuti pola melting pot atau salad bowl?
Melting pot itu semacam peleburan berbagai budaya menjadi satu bentuk dalam pot. Dari berbagai bahan menjadi satu, from heterogenous to homogenous. Disini terjadi proses asimilasi dari masing-masing bagian. Tak ubah dengan proses membuat sambel. Kita coba masukan berbagai bumbu-bumbu, cabai, dan lainnya sebelum akhirnya wujudnya satu menjadi sambel.
Lain halnya dengan salad bowl. Kita sendiri tahu, kalo yang namanya salad, baik itu ala barat maupun salad versi indonesia, akan nampak masing-masing bagian, tapi membentuk satu kesatuan yang bernama salad. Tanpa harus ada peleburan masing-masing bagian. Bener kan?
Biarpun kita masukan bahan-bahannya, tetap masing-masing bagian masih berdiri sendiri dan mempunyai peran sendiri-sendiri, dan akhirnya membentuk satu kesatuan. Jadi kelihatan warna-warni yang indah sekali. Persis pelangi.
Itulah hakekat yang sebenarnya, inti dari semboyan-semboyan negara-negara di dunia. Bagi orang-orang Amerika dengan E Pluribus Unum - From Many to One. Itulah pola melting pot.
Lalu, semboyan kita dengan Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika. Bukan menyatukan semua kehendak menjadi satu warna, itulah pola salad bowl.
Begitu juga dengan keberagamaan dalam keyakinan. Kita dalam beragama tidak mengenal satu mazhab, tapi multi mazhab. Tidak seperti negara-negara di Barat Daya.
Penyebutan Timur Tengah itu salah kaprah, sebutan itu dari ilmuwan Eropa karena mereka berada di sisi barat, dan wilayah arabia berada di timur bagian tengah. Kita, sudah seharusnya menyebut Regional Barat Daya bukan Timur Tengah.
***
Lalu, apa hubungannya dengan kiriman tentang thanksgiving dan sedekah bumi. Itu sebenarnya sebagai prolog, bagaimanakah sebenarnya kita memposisikan kemajemukan? Apakah kita mengikuti pola melting pot atau salad bowl?
Melting pot itu semacam peleburan berbagai budaya menjadi satu bentuk dalam pot. Dari berbagai bahan menjadi satu, from heterogenous to homogenous. Disini terjadi proses asimilasi dari masing-masing bagian. Tak ubah dengan proses membuat sambel. Kita coba masukan berbagai bumbu-bumbu, cabai, dan lainnya sebelum akhirnya wujudnya satu menjadi sambel.
Lain halnya dengan salad bowl. Kita sendiri tahu, kalo yang namanya salad, baik itu ala barat maupun salad versi indonesia, akan nampak masing-masing bagian, tapi membentuk satu kesatuan yang bernama salad. Tanpa harus ada peleburan masing-masing bagian. Bener kan?
Biarpun kita masukan bahan-bahannya, tetap masing-masing bagian masih berdiri sendiri dan mempunyai peran sendiri-sendiri, dan akhirnya membentuk satu kesatuan. Jadi kelihatan warna-warni yang indah sekali. Persis pelangi.
Itulah hakekat yang sebenarnya, inti dari semboyan-semboyan negara-negara di dunia. Bagi orang-orang Amerika dengan E Pluribus Unum - From Many to One. Itulah pola melting pot.
Lalu, semboyan kita dengan Unity in Diversity atau Bhinneka Tunggal Ika. Bukan menyatukan semua kehendak menjadi satu warna, itulah pola salad bowl.
Begitu juga dengan keberagamaan dalam keyakinan. Kita dalam beragama tidak mengenal satu mazhab, tapi multi mazhab. Tidak seperti negara-negara di Barat Daya.
Penyebutan Timur Tengah itu salah kaprah, sebutan itu dari ilmuwan Eropa karena mereka berada di sisi barat, dan wilayah arabia berada di timur bagian tengah. Kita, sudah seharusnya menyebut Regional Barat Daya bukan Timur Tengah.
***
Via
esai
Posting Komentar