esai
Serapan Bahasa Asing ke Jawa Dialek Dermayu [1]
Ilustrasi by Arsip Tembi |
Penduduk di
Kabupaten Indramayu, sebagian besar menggunakan Basa Jawa dialek Dermayu,
penduduk asli menyebutnya pun begitu, Basa Dermayon. Pengguna Basa Sunda
terbilang minoritas, yakni sekitar belasan desa saja.
Basa Sunda
yang dipakai pun tidak sama dengan Basa Sunda yang umum digunakan di tanah
Pasundan. Basa Sunda-nya khas, seperti berpadu dengan bahasa daerah lain.
Namanya bahasa Sunda Lea dan Sunda Parean. Menurut Mama Supali Kasim, sunda seperti itu sunda buhun, atau sunda kuna.
Makanya
temanku di Jakarta bilang, “loe Indramayu
kagak jelas. Sunda bukan, Jawa bukan, loe mah sunda kafir jawa murtad”.
Tak heran
sejak itu aku mulai berpikir. “Ada
benernya juga ya, temenku di betawi”. Lalu, mulailah riset-riset kecil di
internet. Hasilnya tak memuaskan. Seiring berjalannya waktu, tahun 2012 aku
diajak Kang Tarka (filolog otodidak) dari Cikedung, untuk ikut dalam Pra
Kongres Basa Cirebon.
Di sana,
selama tiga hari aku bertemu dengan bahasawan, seniman, dalang, dan pegiat
budaya. Mereka be-rembug memetakan
bahasa baru di wilayah sekitar Cirebon Raya. Intinya cuma satu, para pengobeng
Kongres Basa Cirebon, minta dukungan untuk men-jejeg-kan dan meng-ajeg-kan Basa
Cirebon sebagai sebuah bahasa mandiri.
Apalah
artinya upaya politis yang dilakukan tanpa didukung dengan perangkat bahasa
yang lengkap. Tentu saja, hasilnya perdebatan sengit yang tak ada habisnya. Meskipun
secara linguistik Basa Cirebon belum bisa dikatakan bahasa mandiri, namun tetap
saja pengakuan secara politis dan hukum tetap ada, yakni Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003.
Sah-sah saja
kupikir. Nggak mau ambil pusing. Namun, jika dinyatakan padaku bagaimana
pandangannya? Aku tetap mengikuti pandangan peneliti Belanda, bahwasanya
Cirebon dan Indramayu hanya dialek.
Untuk Basa
Cerbon, aku tak terlalu ngurusin. Aku lanjutkan riset kecil-kecilan tentang
Basa Jawa Dialek Dermayu yang pernah diteliti. Hasilnya, luar biasa. Aku
menemukan titik terang. Dulu, pada tahun 1893 seorang peneliti Belanda berhasil
menerbitkan sebuah buku, yakni J. Groneman.
Kamus itu
diberi judul, “Javaansch dialekt van
Dermajoe (Indramajoe)”. Isinya tentang daftar perbandingan kata yang ada di
Pusat Jawa (Surakarta & Yogyakarta) dengan dialek yang ada di Indramayu.
Ditambah dengan beberapa catatan-catatan.
Sayangnya
hingga kini, aku belum mendapatkan kamus kuno tersebut. Entahlah, harganya
mahal sekali untuk kocekku. Kamus itu dibandrol dengan harga 20 Euro, belum ditambah
ongkos kirim dari Jerman.
Kegelisahanku
yang dijelaskan diatas, tak membuatku putus asa. Dalam beberapa kali diskusi,
baik lewat grup maupun status pribadi di profil akun fb, aku meringkas beberapa
kata. Kata-kata ini awalnya bentuk ketidaktahuan dan penasaran dengan asal-usulnya.
Berikut ini
catatan-catatanku tentang serapan bahasa asing yang akhirnya digunakan sampai
sekarang di Indramayu. Meski awalnya dari Jawa, 100 tahun yang lalu, J.
Gronimen sudah menyatakan bahwa di Indramayu tidak lagi persis sama dengan
pusatnya di Surakarta dan Yogyakarta.
Mau tahu apa
saja kata-kata serapannya? Dari bahasa mana saja? Baca saja sampai tuntas, bila
perlu kalian tambahkan pula kata-kata apa lagi yang perlu ditambahkan. Mangga!
1. Stempel berasal dari bahasa Belanda
'stempel', yaitu benda atau alat yang permukaannya berukir gambar, tulisan atau
kombinasi keduanya yang dapat menghasilkan cap.
2. Cap berasal dari bahasa Sanskerta, 'capa'.
Ditafsirkan sebagai hasil cetakan gambar, tulisan, atau kombinasi keduanya pada
suatu benda.
3. Materai itu dari bahasa Tamil, 'muttirai'.
Pengertiannya hampir sama dengan cap tetapi dalam kenyataan sehari-hari orang
cenderung menafsirkan sebagai benda semacam perangko yang dibubuhkan pada
kertas-kertas berharga seperti kuitansi, ijasah, surat perjanjian, dan
lain-lain.
4. Grapyak itu dari bahasa Belanda, 'grappig'.
Pengertiannya adalah ramah atau suka menyapa. Banyak ditafsirkan oleh kita
sebagai sifat yang pandai bergaul.
5. 'Besuk' bukan 'mbesuk' yang maknanya besok.
Kata ini diserap dari bahasa Belanda, 'bezoek'. Ditafsirkan selalu kunjungan ke
rumah sakit. Padahal, makna aslinya dolan atau kunjung.
6. Sempak itu berasal dari bahasa Belanda,
'zwempak'. Artinya adalah celana renang atau celana pendek. Namun diselewengkan
menjadi kantong burung.
7. Indekos itu dari bahasa Belanda, 'in de
kost'. Ditafsirkan sebagai boarding house, yaitu pemondokan. Padahal makna asli
adalah tempat yang disewa.
8. Indehoy itu berasal dari bahasa Belanda, 'in
de hooi'. Ditafsirkan sebagai bermesum ria atau bermesraan. Dulu, istilah ini
masyhur untuk menyebut hubungan seksual yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dibalik jerami oleh tentara kompeni.
9. Beselit berasal dari bahasa Belanda,
'besluit'. Pengertiannya ditafsirkan pengangkatan atau pelantikan. Padahal
makna aslinya adalah surat keputusan. Biasanya digunakan untuk penyebutan
pengangkatan kuwu.
10. Getap berasal dari bahasa Inggris, 'get up'.
Ditafsirkan dengan bangun tidur. Padahal makna yang seharusnya adalah berdiri.
Waktu tentara KNIL menyandera rakyat Indramayu, yang notabene sebagian tentara
Inggris. Tentara ini menyuruh segera baris dan berdiri dengan komando, 'get up ... get up'.
11. Futsal banyak yang mengira berasal dari
bahasa Inggris. Padahal ini serapan dari bahasa Spanyol, 'futebol de salao'
yang disingkat futsal. Pengertiannya adalah sepakbola di dalam ruangan. Diserap
dalam bahasa Inggris menjadi 'hall football'.
12. Pit berasal dari bahasa Belanda, 'fiets'.
Pengertiannya adalah sepeda. Nggak usah aneh kalo di Indramayu ada yang bilang
sepeda dengan sebutan 'pit'.
13. Sepur berasal dari bahasa Belanda, 'spoor'.
Pengertiannya adalah rel kereta api. Namun, di Indramayu diselewengkan dengan
kereta api. Entah kenapa bisa begitu? Barangkali ada yang tahu ditunggu
penjelasannya.
14. Soak berasal dari bahasa Belanda, 'zwak'.
Pengertiannya adalah lemah, sudah tidak berdaya. Entah mengapa di Indramayu
soak dimaknai sebagai penyakit jiwa, diselewengkan dengan seseorang yang
akalnya kurang jejeg.
15. Korting dan diskon, lebih umum digunakan
untuk menyebut potongan harga. Korting dari bahasa Belanda dengan tulisan yang
sama. Diskon berasal dari bahasa Inggris, 'discount'.
***
Bersambung ...!
Via
esai
Kang, boleh saya jadikan info grafik tidak untuk di instagram?
BalasHapusboleh. silakan
BalasHapus