Ideologi Persahabatan
Di dunia tak
ada yang mutlak. Semua serba relatif sesuai dengan teori Einstein. Menunggu seseorang,
waktu merambat bagai siput. Saat pacaran jarum jam melaju bergegas. Beda dengan
akherat semuanya serba pasti. Cinta kepada Tuhan adalah menerima. Cinta kepada
manusia adalah memberi.
Tafsir kata
selalu berubah makna, tergantung orangnya. Misalnya, saat kencan. Waktu aku
cium pacarku. Ia memukulku manja sambil ngomel. “Ih sengit, sengit. Sebel,
sebel. Bangor, bangor”. Kebencian dan sumpah serapahnya kutafsirkan sebagai
ajakan ciuman lagi.
Pesan dengan
kabar yang sama, reaksinya akan berbeda. “Aku telat mas!” dari istri akan
dimaknai dengan ucapan syukur. Sementara kabar yang sama dari selingkuhan,
membuat keringat dingin. Stress di pikiran. “Mati aku, istriku tahu”.
Huuuuuuuuuufft.
Segelas dua
gelas kopi, kita berikan dengan senang hati sebagai ongkos membuka link,
membuka jaringan relasi. Memberi selembar dua lembar uang ribuan kepada
pengemis yang datang menghampiri. Kita nge-glendeng menyalahkan pemerintah yang
gagal memenuhi janji kampanye.
Untuk
membeli sepeda motor terbaru di dealer dengan warna yang diinginkan. Kita rela
meskipun inden. Sedangkan proposal masjid dan anak yatim yang ada diatas meja
belum sempat dibuka.
Apa yang
kita cari sebenarnya? Jika memang semuanya adalah relatif. Segala apa yang ada
di dunia adalah serba mungkin. Mengapa kita tiap pagi keluar rumah, melawan
angin, dan berpanas-hujanan, lalu sore pulang ke kandang! Apa yang kita cari
sahabat?
Aku bertemu
banyak orang yang sedang kebingungan ketika usianya sudah 30 tahun ke atas.
Mereka mulai mengubah koordinat jalur hidupnya. Bahwasanya keluarga adalah
nomer satu, urutan wahid. Semua sepakat. Kesehatan nomer dua, tak ada yang
protes. Namun ada satu hal yang dicontohkan Nabi Muhammad, yakni berbuat baik
dan respek kepada sesama.
Nabi
Muhammad tak pernah membuat jarak. Bawahan dan atasan. Pimpinan dan anak buah.
Ia selalu menawarkan ideologi persahabatan. Egaliter sekali ya? Kekuatan
ideologi persahabatan adalah kekuatan yang super dahsyat alami. Kekuatan itu
harus kita jaga. Persahabatan tak mutlak diukur dengan pencapaian materi.
Perhatian, respek dan perhatian tulus sudah lebih dari cukup.
Apa yang bisa
kita berikan ketika seorang sahabat yang telah punya segalanya berulang tahun?
Dengan rumah gedong dan mobil mewah, benda apa yang dapat memuaskan hasratnya?
Kado berisi jam tangan rolex, smartphone terbaru tak akan berarti. Hanya satu
hadiah yang membuat dia dan istrinya menangis. Sebuah al-Quran indah lengkap
dengan terjemahannya. Masihkah meragukan bahwa segalanya di dunia ini sangat
relatif?
Persahabatan
memperkaya kehidupan."Friends are
the most important ingredient in this recipe of life." Begitu pepatah
Inggris bilang. Ketika jaman ‘dua anak cukup’ dan biaya pendidikan lebih mahal
dari biaya nikah, maka mitos 'banyak anak-banyak rejeki' selayaknya diubah
menjadi 'banyak sahabat-banyak peluang'.
"Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk
behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend."
[Albert Camus]. Aku suka ngopi bareng di kafe, warung, dan di mana saja! Dari
segelas kopi persahabatan tercipta tanpa kepura-puraan.
Hubungan
bisnis tercipta sebagai 'by product'.
Dan mengapa aku selalu tertarik berteman dengan siapapun. Baik di dunia maya
maupun dunia nyata. Mengirim permintaan pertemanan dan mengkonfirmasi untuk
menjadi ‘friend’ di akun facebook-ku. Karena pasti ada niat baik saat 'melamar'
jadi temanku.
Saat
pernikahanku, sahabat dari Jawa Tengah datang. Padahal, aku sangat memahami
jikapun ia tak datang memberikan do’a restu. Selesai akad, aku memeluknya dan kehilangan
kata-kata. Kata-kata kehilangan makna. Yang dapat kulakukan hanya mencoba
menyerap linangan air matanya yang tumpah. Aku terharu dibuatnya.
Ratusan
teman tiba. Dan ratusan teman ini kemudian pulang. Hari itu aku beruntung
menyaksikan kekuatan dan daya rengkuh persahabatan. Mulai hari ini, mari kita
perbanyak teman. Seorang bijak pernah berkata : "strangers are just friends waiting to happen”.
Itulah
sebabnya, ketika menghadiri acara, aku lebih suka berada dalam grup orang-orang
yang belum kukenal, karena ketika acara selesai, persahabatan baru saja
dimulai. Dan persahabatan adalah hadiah terbesar sepanjang masa!
***
Meneer Panqi, Penulis, Pemerhati Budaya dan Konsultan Media Kreatif.
Posting Komentar