esai
Perkembangan Pendidikan di Kecamatan Sliyeg Indramayu
Pada tahun
1907 diciptakanlah sekolah baru, yakni Sekolah Desa. Di samping pelajaran
membaca, menulis, dan berhitung juga di ajarkan pekerjaan tangan membuat
keranjang, pot, genteng dan sebagainya. Yang digunakan sebagai tempat belajar
sementara ialah Balai Desa, sambil mendirikan sekolah dengan bantuan
murid-murid.
Guru-guru
diambil dari kalangan penduduk sendiri. Sekolah itu sendiri primitif dimana
murid-murid duduk dilantai seperti di rumah sendiri, kaleng kosong yang
diperoleh dari toko-toko cina digunakan sebagai alas untuk menulis. Sebidang
tanah dipagari sebagai tempat untuk menggembala kerbau-kerbau saat mereka
sedang belajar yang diawasi oleh seorang yang dewasa. Sekolah dibuka jam
09.00-12.00 dan 13.00-15.00.
Walaupun
demikian sekolah ini tidak pernah mencapai tujuannya untuk menjadi lembaga
pendidikan universal bagi seluruh masyarakat sebab. Pertama, biaya finansial
yang menurut pemerintah tidak dapat ditanggungnya. Kedua, mereka yang telah
menikmati pendidikan formal menganggap dirinya tak layak bekerja di sawah.
Berbagai
kemungkinan dapat di pertimbangkan untuk memperluas pendidikan. Sekolah kelas
dua dianggap terlampau mahal, sehingga dicari tipe sekolah baru, yakni Sekolah
Desa atau Volksschool
Kurikulum
Walaupun
kurikulum Sekolah Desa sangat sederhana namun masih di rasa kurang relevan
dengan kebutuhan rakyat desa. Walaupun ada saran untuk memperluas kurikulum
Sekolah Desa Dengan pekerjaan tangan, pengetahuan tentang gejala-gejala yang
dihadapi petani dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya, namun kurikulumnya
tetap sangat sederhana, seperti berikut.
Kelas I :
membaca dan menulis Basa Jawa dengan Huruf Latin, Latihan bercakap-cakap,
berhitung 1-20.
Kelas II :
Lanjutan: membaca dan menulis dengan Huruf Arab, Dikte dalam kedua macam
tulisan itu.
Kelas III :
Ulangan. Berhitung diatas 100. Pecahan sederhana.
Sekolah-sekolah
ini disesuaikan dengan kondisi setempat, dengan menggunakan bahasa setempat
sebagai pengantar. Kesulitan keuangan pemerintah (1922-1923) mempercepat
perpaduan itu dengan menjadikan Volksschool sebagai substructur Sekolah
Sambungan (Vervolgschool) dengan mengadakan perbaikan kurikulum Sekolah Desa.
Akhirnya Sekolah Desa menjadi bagian dari Sekolah Kelas Dua, sesuatu yang
semula ingin di elakkan oleh pemerintah.
Berikut ini
Volksschool yang didirikan di desa-desa Kecamatan Sliyeg.
1. Volksschool
Slijeg pada tahun 1911
2. Volksschool
Soedikampiran pada tahun 1922
3. Volksschool
Toegoe pada tahun 1926
4. Volkschool
Gadingan pada tahun 1927
5. Volksschool
Madjasih pada tahun 1928
6. Sekolah
Rakyat Longok pada tahun 1956
7. Sekolah
Rakyat Tambi pada tahun 1959
Simpulan
Sekolah Desa
merupakan perwujudan pemerintah dalam menyebarkan pendidikan dengan seluas
mengkin dan dengan biaya serendah mungkin. Di kalangan penduduk untuk
meningkatkan kesejahteraan mereka. Untuk memelihara keberhasilannya pemerintah
harus memberikan bantuan keuangan. Sekolah Desa ternyata dapat berkembang
hingga sangat pesat yang sebelumnya tidak pernah dicapai oleh sekolah-sekolah
sebelumnya.
Sekolah Desa
merupakan usaha pendidikan terbesar yang pernah dijalankan oleh pemerintah
Belanda untuk memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia dalam mengenyam
pendidikan. Sekolah Desa sering dikecam karena kurikulumnya yang sederhana dan
mutu guru serta pendidikannya yang rendah.
Namun
sekolah ini juga memberi kontribusi dalam menambah orang yang melek huruf,
Sekolah Desa juga membawa pendidikan formal sampai ke pelosok pedesaan dan
menjadi penyebar buah pikiran serta pengetahuan barat, menjadikan masyarakat
agar lebih sadar akan pentingnya pendidikan.
***
Meneer
Panqi, Pemerhati Budaya.
[1] BPS Sliyeg, 2015.
[2] Sumber Foto Sekolah di Indramayu,
National Archief Dutch, 1947.
Via
esai
Posting Komentar