Sejarah
Budaya Ngopi Warisan darimana?
“Sehari nggak ngopi, berasa ada yang
hilang”. Begitulah komentar salah seorang kawan,
mengenai kesukaannya akan kopi.
Iklan Pertama Kopi dari Yaman. Sumber : BBC |
Kopi
memang sudah mengubah dunia, efeknya terhadap peradaban manusia sangat terasa. Tercatat
tak kurang dari 1,6 milyar cangkir kopi dikonsumsi setiap harinya. Jumlah yang
luar biasa. Hal itu cukup untuk mengisi 500 kilang minyak pertamina.
Anda
dan saya barangkali satu dari milyaran manusia di dunia yang tek bisa lepas
dari nikmatnya secangkir kopi. Terutama, saat mau mengawali aktivitas, kerja,
atau ngobrol ngalor-ngidul.
Lalu,
sejak kapan peradaban manusia mengenal kopi?
Dalam
buku 1001 Inventions Muslim Heritage in
Our World disebutkan sekitar 3000 tahun lampau, di tanah Ethiopia, seorang
gembala menemukan kambing-kambingnya berperilaku aneh selepas memakan buah
tanaman tertentu di bukit.
Alih-alih
menghindarinya, sang gembala mengumpulkan buah tersebut, membawanya pulang,
kemudian merebusnya untuk diminum. Rebusan buah yang memberikan efek
bersemangat bagi peminumnya ini kemudian disebut al-Qahwa, kita mengenalnya sekarang dengan sebutan kopi atau coffe.
Lambat
laun, orang-orang di seluruh dunia banyak meminatinya, khususnya para sufi yang
mengkonsumsinya guna membantu terjaga di malam-malam saat menjalani ritual
dzikir. Komoditas kopi telah dikenal bangsa Arab sejak awal kehadiran Islam di
Jazirah Arabia. Sumber kopi pertama di Mocha salah satu daerah di Yaman. Tak
heran, kita mengenal nama kopi ‘arabika’ atau ‘mocha’.
Sebagai
komoditas, kopi lalu diperdagangkan dengan dunia barat. Persinggungan budaya
antara dunia timur dan barat, menyebabkan tak butuh lama kopi dikenal masyarakat
Eropa. Tak beda jauh dengan yang terjadi di dunia timur, kopi menjadi minuman
populer hampir semua kalangan.
Adalah
seorang Turki bernama Pasqua Rosee yang pertama kali membuka kedai kopi di
Inggris pada 1650 dan langsung menjadi sensasi.
Tercatat tak kurang dari 500 kedai kopi berdiri di Inggris pada tahun
1700-an.
Kedai
kopi ternyata tak berhenti hanya sebagai tempat menikmati minuman berwarna
hitam pekat nan pahit. Ia bertransformasi menjadi wahana kumpul berbagai
lapisan masyarakat, di mana ide dan pemikiran saling diperbincangkan dan tak
jarang diperdebatkan.
Pada
masa tersebut, kedai kopi disebut sebagai penny
university, di mana siapapun bisa mendengarkan para tokoh menelaah dan
berdiskusi seru hanya dengan merogoh kocek satu penny (sekitar 1/240 pound)
yang merupakan harga secangkir kopi.
Kedai
kopi di Inggris, serta banyak negara Eropa lainnya, disebut-sebut sebagai salah
satu cikal bakal lahirnya pub serta yang paling utama tumbuhnya berbagai
pemikiran liberal yang akhirnya melahirkan gerakan modernisme. Semua karena
secangkir kopi.
Demikian
pula dengan sejarah kopi yang ada di Indonesia juga tidak lepas dari peran
Belanda sebagai penjajah. Hal ini dikarenakan bibit kopi pertama yang dibawa ke
Indonesia merupakan bawaan dari pemerintah kolonial.
Pada
saat itu, salah satu komandan pasukan Belanda yang datang dari India membawa
bibit kopi ke Batavia atau yang sekarang ini bernama Jakarta pada tahun 1696.
Komandan
pasukan Belanda ini memberikan bibit kopi dari bibit yang berkualitas unggul,
namun sayangnya Batavia pada saat itu terkena musibah banjir sehingga semua
bibit kopi gagal dipanen.
Baru
pada tahun 1700-an, kopi berhasil dibudidayakan di Indonesia. Sampai Indonesia
merdeka, Belanda menjadi pemasok kopi terbesar di dunia.
Lantas,
sudahkah Anda ngopi hari ini?
***
Via
Sejarah
Posting Komentar