esai
[Esai] Wong Dermayu Ahli Plesetan
Selain
nulis status di facebook, orang Indramayu juga paling suka main plesetan. Apa
aja diplesetin. Nama orang, jalan, titel, dan apapun juga.
Nama
orang misalnya kita semua mafhum dengan yance, gori, dan komres. Plesetan dari pelayanan cepat, rambut gondrong ning guri,
dan komandan setres.
Demikian
juga dengan nama jalan, ada gang garuda. Nama garuda ini nggak ada sangkut
pautnya dengan burung garuda atau lambang negara Indonesia. Garuda ini
singkatan dari Gang Rudin Dariman, penamaan ini dikarenakan dibangun pada saat
Kuwu Rudin dan Kuwu Dariman.
Di
Indramayu kota sendiri, ada jalan gatsu dan suta. Itu plesetan dari Gatot
Subroto dan Sukarno Hatta. Jika ke Cirebon, di sana juga ada Jalan Tuparev,
selintas mirip nama Rusia. Padahal nggak ada sangkut pautnya, tuparev ini
singkatan dari tujuh pahlawan revolusi.
Nggak
hanya sampai pada soal nama dan jalan. Plesetan ini juga lebih luas
jangkauannya, seperti jangkauan excel. Hehheee. Maaf bukan promosi.
Sekolah-sekolah di Indramayu itu semuanya disingkat. Ada sayu, sasi, dayu, dan
lainnya. Bahkan yang bikin tersenyum ada loh sekolah nestle, aku pikir ini
produk makanan ringan. Nggak tahunya Sekolah Negeri 1 Sleman. Hahhaha, ampun
reaaaaaaaaang!
Hal
tersebut juga menimpa profesi, perusahaan, organisasi, parpol dan lainnya. Misalnya
profesi PL, diplesetkan ‘peli landung’
bukan hanya ‘pemandu lagu’ atau ‘penyuluh lapangan’. Untuk perusahaan,
koperasi diplesetkan menjadi ‘komunitas
pecinta randa anak siji’.
Satpol
PP, pamong praja plesetan dari bapane mongmong
mboke kerja. DKM menjadi dewan korupsi masjid, Gerindra menjadi gerakan ngrindik randa. UNWIR menjadi
universitas wirausaha, konon karena jebolan kampus ini lebih banyak yang terjun
ke bisnis daripada menjadi PNS atau karyawan.
Gelar
sarjana pun sama. SAG diplesetkan menjadi sarjana alam ghaib, SPD menjadi
sarjana padu dadi. SH menjadi sarjana
hukum karma. Yang parah adalah gelar LC menjadi langganan ceramah. Juga gelar-gelar lainnya.
Nama-nama
desa kena batunya. Ada Tugu, tukang gulet.
Tambi, taman birahi. Bongas, bokong mringas. Cangkingan, uncang-uncang mbari mlangkringan. Legok
Kalimenir, disogok langsung nyengir.
Meskipun kadang terasa dipaksakan.
Nah,
yang paling menarik saat SMA. Seorang teman mengaku berasal dari Turki. Jangan
disangka ia blasteran, sesungguhnya ia berasal dari wilayah selatan,
turki—turunan kidul.
Ada
yang lebih parah, ia mengaku berasal dari Bangladesh. Jangan dikira ia benar
keturunan dari negara tetangga India, karena sesungguhnya rumahnya berada di
belakang balai desa.
Perkenalan
pun dilanjutkan. Kini giliran aku ditanya, berasal dari mana. Karena semuanya
‘gelo’. Aku pun tak mau kalah dengan teman-temanku. Aku jawab aja, kalau aku
berasal dari keluarga baik-baik.
***
Via
esai
Posting Komentar