Opini
Eksploitasi Derajat Perempuan Masih Ada
Derajat status sosial kaum perempuan
Indonesia pada masa kolonial sangat lemah, salah-satunya disebabkan oleh adat.
Ada budaya pingitan dan poligami. Meski sah dalam hukum Islam jika dipaksa menjadi
selir, hal itu telah menurunkan derajat perempuan.
Di Indramayu, praktek poligami disalahkan
gunakan laki-laki karena pertimbangan ekonomis, yaitu suami menyuruh para
isterinya untuk bekerja. Misalnya, menjadi TKW. Hasil kerjanya lalu dinikmati
suami. Padahal suaminya itu orang malas. Secara hukum Islam jelas menyalahi,
nafkah itu menjadi kewajiban suami. Herannya, suami yang suka memelihara
burung, malah laris dan dicari.
Dulu, perjuangan RA Kartini (1879-1904) tidak
tuntas disebabkan keburu menikah dan kemudian meninggal dunia dalam usia muda.
Teman korespondensinya yaitu Stella Zeehandelaar mengkritik pedas atas
keputusan Kartini untuk menikah dengan Bupati Rembang yang sudah mempunyai 3
orang isteri dengan kedudukan selir.
Kartini tidak konsisten dengan perjuangannya
karena telah mengorbankan kepentingan banyak orang wanita demi untuk
kepentingan seorang yaitu bapaknya Kartini yang menyuruh menikah dengan Bupati
Rembang. Benarlah apa yang pernah dikatakan penulis Mark Twain yaitu "timur adalah timur, barat adalah
barat, kedua kembaran ini tidak akan dapat bertemu".
Walaupun sudah banyak perempuan yang maju
dalam pendidikan dan karier, namun masih saja belum bisa mengangkat derajat
wanita sepenuhnya. Ada apa gerangan? Tentu, karena masih banyak wanita yang mau
dimadu karena pertimbangan ekonomis.
***
Via
Opini
Posting Komentar