Opini
Balas Budi Orangtua
Terus terang saya tidak setuju dalil "anak harus bisa membalas budi jasa orangtua". Sehingga seorang anak terbebani pikiran untuk bisa mencukupi kebutuhan orangtuanya/menjadikan anak sapi perah penghasilan orangtua.
Lalu, dimanakah kasih cinta tulus tanpa pamrih itu? Jika harus dibalas. Bukankah nanti juga, harus ia memikul tanggungjawab anak-anak dan istrinya. Hukum alam.
Jika memberi semampunya sih, its okay. Tapi, kalo memaksa saya pikir itu sesat pikir. Apalagi digertak dengan cap anak durhaka, tak sayang orangtua.
Saya rasa, sudah saatnya mental berpangku-tangan dihilangkan. Jika dirimu miskin, sengsara, gagal. Jangan pernah menyalahkan anak, orangtua, agama, atau negara? Its responsibility is yours.
Kaidah ini pun berlaku sebaliknya, misal ada anak yang berpangku tangan sama orangtuanya. Ia tak pernah belajar mandiri.
***
Lalu, dimanakah kasih cinta tulus tanpa pamrih itu? Jika harus dibalas. Bukankah nanti juga, harus ia memikul tanggungjawab anak-anak dan istrinya. Hukum alam.
Jika memberi semampunya sih, its okay. Tapi, kalo memaksa saya pikir itu sesat pikir. Apalagi digertak dengan cap anak durhaka, tak sayang orangtua.
Saya rasa, sudah saatnya mental berpangku-tangan dihilangkan. Jika dirimu miskin, sengsara, gagal. Jangan pernah menyalahkan anak, orangtua, agama, atau negara? Its responsibility is yours.
Kaidah ini pun berlaku sebaliknya, misal ada anak yang berpangku tangan sama orangtuanya. Ia tak pernah belajar mandiri.
***
Via
Opini
Posting Komentar