ulasan
Peluang Bisnis di Indramayu
Tadi nggak
sengaja lagi lihat youtube, terus ada tayangan rekomendasi tentang japanese
coin-operated rice milling machine. Keren banget ya di Jepang, teknologi sudah
jadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka. Sampe nyelip
gabah seperti main “dingdong” aja, hanya pakai koin.
Seandainya
saya punya modal, saya tertarik membelinya, lalu sebar di beberapa titik.
Praktis, mudah, lebih-lebih tanpa harus membayar pekerja. Itulah teknologi
memudahkan manusia dalam menjalani hidup. Meski ada sisi buruk, di mana manusia
jadi ketergantungan dengan teknologi.
Sepulang
dari Jakarta, memang saya sedikit bermimpi ingin usaha pabrik beras. Dalam
analisa saya, menjalani usaha giling gabah, merupakan usaha yang tak terbatas
waktu. Kecuali satu, manusia tidak lagi makan nasi. Usaha ini tentu tidak layak
dikembangkan lagi.
Usaha ini
termasuk jenis usaha hilir dalam dunia pertanian. Bentuknya banyak, bisa tukang
tempur gabah, bandar bekatul, menir, beras, dan pemilik pabrik. Bermain dalam
usaha ini tentu hal prioritas adalah permodalan. Beda dengan usaha hulu
pertanian, modal tidak terlalu prioritas, tanah lebih utama daripada modal.
Permodalan
dalam usaha ini harus ganda. Seandainya, untuk satu hari modal belanja gabah
yang harus saya punya adalah Rp.5.000.000,-/1 ton, sedangkan jumlah padi yang
hendak digiling adalah 10 ton. Berarti, total modal saya adalah
Rp.50.000.000,-.
Umumnya,
dari 1 ton padi, setelah digiling, akan menjadi 600 kg beras (kualitas tidak
baik) atau lebih dari 650 kg (kualitas sangat baik). Biasanya, cara mengetahui
kualitas padi adalah dengan melihat struktur kulit padi, antara tebal dan
tipisnya kulit padi.
Anggaplah
hasil berasnya adalah yang kurang baik, yakni menghasilkan 630 kg. Jadi, jika
jumlah padi yang akan digiling adalah 10 ton maka akan menghasilkan 6.300 kg
beras. Sementara itu, harga jual beras perkilonya adalah Rp.10.000,- sehingga
harga jual beras hasil dari gilingan 10 ton padi adalah Rp.10.000,- x 6.300 =
Rp. 63.000.000,-.
Dengan kata
lain, jika beras saya dijual, akan mendatangkan uang sebesar Rp.63.000.000,- –
Rp.50.000.000,- = Rp.13.000.000,-. Uang hasil penjulan ini akan dikurangi
dengan ongkos pekerja dan biaya tak terduga, biasanya sudah menggunakan angka
pembagi yang digunakan secara umum oleh pengusaha penggilingan beras, yakni
sebesar Rp.30.
Jadi, uang
sebesar Rp.13.000.000,- dibagi 30, menjadi Rp.433.000,-, Artinya, saya akan
mendapatkan untung sebesar Rp.433.000 per hari. Tapi kita harus punya modal
ganda untuk persiapan buat bahan penggilingan esok harinya.
Sebab, beras
yang telah dihasilkan hari ini, baru akan bisa diuangkan keesokan sorenya,
bahkan terkadang malam. Jika tidak punya modal simpanan, saya tidak akan bisa
menggiling beras untuk esok hari.
***
[Foto/SS]
Via
ulasan
Posting Komentar