esai
Sistem Perhitungan Pada Masyarakat Indramayu
Dalam artikel yang saya bahas yakni mengenai
sistem angka pada beberapa kebudayaan. Dalam hal ini, saya akan mengambil
contoh dari masyarakat Dermayu. Namun saya tidak akan membahas mengenai
penamaan setiap bilangan dan bagaimana orang Dermayu menyebut suatu bilangan
melainkan sistem perhitungan yang biasa digunakan untuk menentukan hari baik
dalam setiap melakukan sesuatu.
Narasumber untuk informasi ini saya dapatkan
dari Ki Sadma Mustafa. Beliau hingga saat ini masih menggunakan sistem
perhitungan dalam melakukan segala sesuatu terutama yang menyangkut dengan
hajat hidup keluarganya. Menurutnya, ada banyak sistem perhitungan yang
digunakan oleh orang Indramayu.
Sistem tersebut diadopsi dari kepercayaan
orang Jawa, China, India, Hindu, Budha dan Islam. Namun yang masih digunakan
oleh beliau hingga saat ini adalah sistem yang berdasarkan perhitungan di
pedalangan, pengetahuan ini ia dapat dari guru dalang. Beliau biasa menggunakan
hitungan hari yakni dengan :
• Sri
• Lungguh
• Dunya
• Lara
• Pati
Hitungan ini konon, merupakan petungan “kuna”
sejak jaman nenek moyang dahulu. Arti dari lima urutan tersebut diantaranya :
• Sri, kata sri menempati bilangan satu, sri
sering juga dikaitkan dengan dewi padi dalam budaya sunda, yaitu Dewi Sri atau
Nyi Pohaci. Jadi dapat pula dimaknai dengan banyaknya pangan yang kita dapat.
Sri bermakna baik dalam hitungan ini, dapat pula diartikan rezeki yang
melimpah.
• Lungguh, kata lungguh menempati bilangan
dua, lungguh sering dikaitkan dengan derajat, pangkat, jabatan, kekuatan, dan
kemampuan. Lungguh bermakna baik dalam hitungan ini.
• Dunya, kata dunya menempati bilangan tiga,
dunya sering dikaitkan dengan harta, rezeki, materi, dan kekayaan yang melimpah
ruah. Hitungan ini biasanya paling dicari dalam setiap hajat atau suatu hal
yang membutuhkan perhitungan.
• Lara, kata lara menempati bilangan empat,
lara sering dikaitkan dengan sesuatu penderitaan atau sakit, baik dari segi
kesehatan, ketenangan lahir atau pun batin. Hitungan ini biasanya dihindari
dalam setiap hajat atau suatu hal yang membutuhkan perhitungan.
• Pati, kata pati menempati bilangan lima,
bilangan akhir dalam perhitungan ini. pati berarti mati. Namun tidak dengan
serta merta kita mengaitkannya dengan kematian. mati disini dapat berarti mati
secara rezeki, mati dalam arti perceraian, mati dalam arti hal-hal yang
bersifat paling buruk. Hitungan ini biasanya paling dihindari dalam setiap
hajat atau suatu hal yang membutuhkan perhitungan.
Kita harus dapat membuat rumusan perhitungan
untuk mencapai hasil perhitungan diatas. Misalnya, kita akan mempunyai hajat
untuk berpindah tempat tinggal atau rumah tanggal 12 Bala. Jadi kita tinggal
membagi 12 (tanggal) dengan 5 (lima urutan tadi) yaitu 2 dengan sisanya 2.
Angka dua menempati hitungan lungguh.
Hal penting yang perlu diingat adalah
hitungan hari baik ini hanya berlaku pada hitungan bulan qomariyah, tidak pada
syamsiyah/masehi. Memang ada beberapa hal yang menjadi kekhususan pula, seperti
ketika akan melaksanakan hajatan pernikahan, kita harus mengambil bilangan
genap. sebaliknya ketika kita akan melaksanakan hajatan khitanan, kita harus
mengambil bilangan ganjil.
Berikut nama-nama bulan dalam kalender di
Indramayu :
1. Sura
2. Bala
3. Mulud
4. Sawal Mulud
5. Jumadilawal
6. Jumadilakir
7. Rajab
8. Rowah
9. Puasa
10. Sawal
11. Kapit
12. Rayagung
Sistem perhitungan diatas merupakan salah
satu perhitungan asli Indramayu. Sebab, saya tidak menemukan baik dari kalender
Jawa maupun Sunda. Dalam sewindu ada tiga tahun kabisat (taun panjang),
sehingga jumlah hari dalam satu windu (delapan tahun) adalah (354 x 8) + 3 =
2835 hari, angka yang habis dibagi 35 (7 x 5).
Itulah sebabnya setiap awal windu (sewindu)
selalu jatuh pada hari dan pasaran yang sama. Jika misalnya awal windu jatuh
pada Ahad Manis, maka awal windu selanjutnya pasti Ahad Manis juga. Begitu juga
dengan dina pasaran ya sama jumlahnya lima.
• Paing
• Pon
• Wage
• Manis
• Kliwon
Ki Sadma juga menyebutkan bahwa ada larangan
bulan yang terjadi tiap tiga bulan sekali, seperti :
• Sawal, Kapit, Rayagung larangannya terletak
pada hari jumat
• Sura, Bala, Mulud larangannya di hari sabtu
dan minggu
• Sawal Mulud, Jumadil awal &Akir larangannya
di hari selasa
• Rajab, Rowah, Puasa larangannya di hari
rabu.
Namun larangan ini bersifat relatif karena
jika perhitungan hari baiknya jatuh pada larangan diatas maka tidak apa-apa,
masih tetap sesuai dengan hitungan sebelumnya.
Sebenarnya masih banyak lagi sistem
perhitungan yang biasa digunakan oleh masyarakat Indramayu, namun disini saya
hanya membatasi sesuai dengan informasi yang diberikan oleh informan. Namun
pada intinya pengetahuan mereka sangat dipengaruhi oleh sistem kepercayaan.
Jika orang tua dulu masih dipengaruhi oleh
kepercayaan Hindu-Budha dengan adanya kalender Saka, maka saat ini banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan Islam dan Kejawen. Tetapi pada intinya dari sejak
dulu hingga kini sistem perhitungan ini bertujuan untuk menjaga diri dari
berbagai musibah.
Menurut saya contoh diatas cukup relevan jika
dikaitkan dengan artikel yang saya bahas. Baik dari segi penyebaran sistem
pengetahuan maupun penggunaan sistem yang berbeda-beda satu sama lain. Dari
segi penyebaran sistem pengetahuannya sama-sama dipengaruhi oleh kepercayaan.
Antara satu keluarga dengan keluarga lain
bisa saja memiliki sistem perhitungan yang berbeda sesuai dengan
kepercayaannya. Jadi semoga contoh ini dapat memberikan pengetahuan bagi kita
semua terhadap sistem perhitungan di Indonesia. Wallahu A'alam bis showab.
***
Via
esai
Posting Komentar