Cerbung
Prabu Nala & Permaisuri Dewi Damayanti | EPS #4
Ilustrasi by Boyke Rustiaji |
Perjalanan
Dewa Indra, Brahma, Yama dan Baruna kembali ke kahyangan berpapasan dengan Dewa
Kali dan Dwapara. Kedua dewa itu juga berniat turun ke bumi mengikuti
sayembara pilih mantu yang dilaksanakan di Widarba, akan tetapi diberitahu oleh
Dewa Indra bahwa sayembara telah usai dan Dewi Damayanti telah memilih Prabu
Nala sebagai suaminya.
Mengetahui
hal tersebut Dewa Kali yang temperamental tidak terima dan membujuk Dewa Indra,
Brahma, Yama dan Baruna untuk menghukum Dewi Damayanti, akan tetapi keempat
dewa telah memberikan restu untuk kedua pasangan tersebut.
Setelah
usai berbicara, keempat dewa itu melanjutkan perjalanan mereka ke kahyangan sedangkan
Dewa Kali dan Dwapara tetap turun ke bumi. Dewa kali berencana masuk ke tubuh
Prabu Nala, kemudian berusaha agar sang prabu lupa akan sumpahnya dan dia
kehilangan kesetiaannya, sampai dia meninggalkan permaisurinya.
Belum
puas dengan rencananya itu, Dewa Kali juga berencana untuk mengambil Kerajaan
Nisada dari Prabu Nala. Untuk mewujudkan rencananya itu, Dewa Kali akan masuk
ke dalam panggal kuclak, dan meminta Dewa Dwapara untuk membantunya. Seusai berunding
keduanya segera berangkat ke Nisada.
Di
Nisada, kedua dewa harus menunggu lama untuk mendapatkan kesempatan
mempengaruhi Prabu Nala. Setelah dua belas tahun lamanya menunggu, pada suatu
malam Prabu Nala bersuci dan lupa membasuh kakinya. Dewa Kali dan Dwapara tidak
menyia-nyiakan kesempatan tersebut, Dewa Kali segera menemui adik Prabu Nala
yang bernama Puskara untuk menantang kakaknya bermain kuclak.
Adiknya,
sebenarnya sudah berkali-kali mengajak Prabu Nala bermain kuclak. Namun ajakan
Puskara selalu ditolak. Akan tetapi pada hari itu, ajakan Puskara untuk bermain
kuclak diterima oleh Prabu Nala. Permainan kuclak awalnya hanya bermain-main
biasa, akan tetapi lama-kelamaan permainan tersebut menjadi judi.
Dalam
permainan tersebut Prabu Nala tidak pernah menang, bahkan permainan tersebut
sampai berlangsung berbulan-bulan. Mengetahui hal tersebut, para menteri dan
manggala kerajaan berkumpul untuk memperingatkan rajanya. Akan tetapi, mereka
semua tidak berani mengatakannya. Diambillah keputusan untuk menemui Dewi Damayanti.
Para
manggala tersebut meminta bantuan Dewi Damayanti untuk membujuk suaminya, tanpa
basa-basi permaisuri bergegas menemui suaminya. Berkatalah Dewi Damayanti
dengan ibanya, dia membujuk dengan lemah lembut, akan tetapi raja hanya diam
saja meski berulang kali dibujuk. Merasa malu, bujukannya tidak dihiraukan,
segera ia mengundurkan diri dari palagan permainan kuclak dan menemui para
menggala. Seisi Kerajaan Nisada sedih mengetahui keadaan rajanya.
Mengingat
kejadian yang dialami Prabu Nala, Dewi Damayanti sangatlah sedih. Maka
dipanggilah dayang bernama Brihatsena, ia merupakan dayang kesayangan permaisuri.
Brihatsena ditugaskan untuk memberitahu semua punggawa kerajaan bahwa seluruh
harta Nisada telah habis. Mengetahui hal tersebut seluruh punggawa berkumpul untuk
memperingatkan Prabu Nala.
Mendengar
keputusan manggala dan punggawa Nisada yang akan meng-kudeta. Sekali lagi Dewi
Damayanti meminta ijin untuk mengingatkan suaminya. Namun, Prabu Nala tetap
tidak menghiraukan ucapan permaisuri. Dewi Damayanti punya firasat buruk tentang
keadaan Kerajaan Nisada. Ia memerintahkan Wresneya untuk mengungsikan Endrasena
dan Endrasini ke Widarba, setelah itu Wresneya dibebaskan untuk bisa
mengabdikan diri di manapun yang dianggap negara tersebut makmur dan mempunyai
pemimpin yang baik.
Wresneya
segera meninggalkan Nisada dan pergi ke Widarba. Dia pergi menggunakan kerata
kesayangan raja dan kuda pilihan. Setibanya di Widarba Endrasena dan Endrasini
beserta kereta kudanya diserahkan kepada Prabu Bima. Setelah itu, Wresneya
berjalan dengan tujuan tak tentu sambil mengenang negerinya. Sampai akhirnya ia
memasuki Negeri Ayodya, yang pada waktu itu dipimpin oleh Prabu Rituparna. Di Ayodya-lah
Wresneya mengabdikan diri.
**
Via
Cerbung
Posting Komentar