Cerbung
Prabu Nala & Permaisuri Dewi Damayanti | EPS #9
Ilustrasi by Boyke Rustiaji |
Brahmana
Parnada memberikan keterangan kepada Dewi Damayanti bahwa di seluruh penjuru
dunia semua brahmana sudah menyayikan selokan buatan sang dewi, tetapi tidak satupun
yang menanggapi nyanyian tersebut kecuali kusir di Kerajaan Ayodya yang bernama
Bahuka. Ketika Parnada melagukan seloka buatannya, Bahuka menjawabnya dengan
seloka pula sambil terbayang air mata di pelupuk matanya.
Mengetahui
berita tersebut, Dewi Damayanti memberikan hadiah kepada Brahmana Parnada dan
memohon kepada ibunya untuk mengutus Brahmana Sudewa pergi ke Kerajaan Ayodya secara rahasia.
Diutuslah Brahmana Sudewa ke Ayodya untuk memberi kabar kepada
Prabu Rituparna bahwa di Widarba Dewi Damayanti akan mengadakan sayembara pilih
mantu, dan sayembara tersebut akan jatuh tempo pada esok hari. Sekiranya kalau
Prabu Rituparna mempunyai kusir yang handal pasti dia dapat sampai ke Kerajaan
Widarba pada waktu yang ditentukan.
Di
dalam hati, Dewi Damayanti berkata bahwa hanya suaminya saja yang dapat
mengendarai kuda dengan sangat mahir. Oleh karena itu, ia membuat siasat
berpura-pura mengadakan sayembara pilih mantu dengan waktu yang mendesak.
Brahmana Sudewa yang sudah memahami perintah Dewi Damayanti langsung pergi ke
Ayodya dan menyampaikan pesan tersebut kepada Prabu Rituparna.
Mendengar
pemberitahuan dari Brahmana Sudewa, Prabu Rituparna segera mengutus Bahuka
untuk menyiapkan kuda. Agar dirinya bisa sampai di Widarba hari itu juga. Dewi
Damayanti akan mengadakan sayembara pilih mantu. Prabu Nala yang menyamar
menjadi Bahuka tekejut bukan main. Di dalam hatinya ia bimbang apakah Dewi
Damayanti telah berubah pendirian atau hanya sekedar isyarat supaya dirinya muncul di Widarba.
Untuk
memastikan hal tersebut Bahuka menerima perintah Prabu Rituparna dan segera
memilih kuda untuk berangkat ke Widarba. Prabu Rituparna terkejut karena Bahuka
memilih kuda-kuda yang kurus. Dengan nada merendah Bahuka menjelaskan bahwa
kuda-kuda tersebut mempunyai ciri-ciri kuda yang baik, antara lain terdapat
bulu-bulu yang membulat di daerah dahi, dua di kepala, dua di dada, dan sebuah
di dahi.
Mendengar
penjelasan Bahuka, Prabu Rituparna pun percaya. Sewaktu Prabu Rituparna menaiki
kereta, kuda-kuda tersebut jatuh, kecemasan pun menyeliputi wajah Rituparna.
Akan tetapi, setelah Bahuka naik duduk di kusir dan membangunkannya, kemudian
kuda-kuda langsung berlari sekencang angin. Semua orang terpana akan kemahiran
Bahuka dalam mengendarai kuda, bahkan Wresneya juga berkali-kali memujinya.
Prabu
Rituparna berpikir adanya kemungkinan bahwa Bahuka adalah penyamaran dari Prabu
Nala, hal tersebut terlihat dari kecakapan yang dimiliki Bahuka sama dengan Prabu
Nala, hanya rupa buruk saja yang membedakannya.
Kereta
yang dinaiki Prabu Rituparna dan Bahuka berlari secepat angin melewati hutan
dan lereng gunung. Tiba-tiba sebuah busana jatuh dari kereta, Prabu Rituparna menyuruh
Bahuka berhenti untuk mengambilnya. Akan tetapi Bahuka menolak karena busana
tersebut sudah tertinggal jauh dan tidak dapat ditemukan.
Sesaat kemudian
Prabu Rituparna ingin memperlihatkan kesaktiannya kepada Bahuka. Dia menghitung
pohon-pohon, batang, daun, dan buah yang ada di sekitarnya. Mengetahui hal
tersebut Bahuka berhenti untuk membuktikannya.
Prabu
Rituparna cemas karena perjalanan menuju Widarba masih jauh. Bahuka menjawab
apabila Prabu Rituparna tidak percaya akan kemampuan Bahuka dia bisa
melanjutkan perjalanan ke Widarba dengan Wresneya, sedangkan Bahuka tetap akan menghitung
pohon, batang dan daun-daun yang dikatakan Prabu Rituparna.
Semua
perhitungan Prabu Rituparna tidak ada yang meleset, semuanya tepat. Bahuka
mohon diri agar dia diajari ilmu menghitung dan kemahiran dalam bermain segala
hal oleh Prabu Rituparna. Sebagai gantinya ia akan mengajarkan ilmu katuranggan
atau mengendalikan kuda. Prabu Rituparna setuju, kemudian dia memberikan
ilmunya itu kepada Bahuka.
Setelah
Bahuka menerima ilmu dari Prabu Rituprana tiba-tiba Dewa Kali keluar dari tubuh
Bahuka. Seketika itu terucaplah kutukan Prabu Nala kepada Dewa Kali. Namun, Dewa
Kali segera minta maaf dengan sangat iba karena telah mengganggunya. Dirinya
pun sangat kesakitan terkena bisa naga Karkotaka.
Mendengar
Dewa Kali memohon maaf, mengiba dan mengakui, Prabu Nala mencabut kembali
kutukannya. Setelah rasa panas hilang dari tubuh Bahuka, dia kembali menaiki
kusir kuda dan kuda-kuda itu berlari sangat kencang melebihi kecepatan semula.
**
Via
Cerbung
Posting Komentar