Opini
Seniman Protes
Aksi seniman protes. Foto/Kaji Warna |
Campur aduk rasanya di hati. Ketika saya menyimak demonstrasi seniman di kota mangga. Yang berlangsung Jumat (11/9).
Saya mau mengutip pernyataan SBY soal seniman. Mereka adalah pengetuk hati politikus. Negara banyak berutang kepada seniman.
Seniman itu orang kreatif, sering mengetuk hati pemangku kebijakan dengan caranya sendiri. Ada yang lewat lukisan, tarian, musik, tulisan maupun teater.
Ketika mereka sampai turun ke jalan. Berarti ada masalah besar yang dihadapi untuk disuarakan. Satu sisi ada rasa salut, seniman kompak turun ke jalan. Konon ada 2000 orang yang ikut aksi itu.
Sisi lainnya, ada rasa sedih. Patut disayangkan mereka mengacuhkan social distancing. Juga, ketika ada sebagian yang menyangsikan suara mereka itu. Dianggapnya ada yang menunggangi.
Indramayu memang sebentar lagi akan menggelar pesta demokrasi. Bagi lawan politik, aksi ini tak lebih hanya pesanan.
Kemaren (11/9), beranda medsos saya berseliweran silih berganti, mengabarkan aksi tersebut. Tak hanya menjadi nomor satu di Indramayu. Juga menjadi salah satu hot news nasional. Media-media nasional merilis aksi protes itu.
Tak lain tak bukan karena orasinya serius tapi santai. Ada sisipan-sisipan lucu, ekspresif dan sempal guyon yang menghibur peserta aksi.
Tuntutan mereka cuma sati. Bupati mencabut perbub larangan pertunjukan hiburan. Sektor ekonomi terpukul sampai titik minus. Job manggung ditunda dan dibatalkan.
Buntut larangan ini merembet kemana-mana. Petani ternak, komoditasnya gagal disembelih. Toko sembako, bahan baku mereka gagal jadi prasmanan. Jasa sewaan tenda, kursi, panggung, sound, tukang babah menganggur.
Jasa foto,video dan streaming, peralatan mereka digudangkan. Pedagang asongan, kuliner dan souvenir, lapak dagangnya berkurang.
Showbiz adalah sektor yang multiplier effect. Semua sektor ekonomi ikut terkoreksi. Aksi protes seniman kemaren merupakan aspirasi berbagai elemen masyarakat.
Selamat untuk insan seni, tuntutan kalian dikabul. Dapur bakal ngebul, saweran pun brubul. Hidup seniman. Salam budaya!
***
Via
Opini
Posting Komentar