Opini
Setan Oblong itu Apa?
Saya tidak sedang membicarakan bagaimana musik tarling itu lahir dari migrasi nada pentatonik menuju diatonik. Karena kalian bisa cari referensi etno musikologi yang lebih spesifik dari para ahli yang lebih ahli. Google misalnya!
Saya hanya ingin melihat arti seni dari sisi lain suatu seni. Dalam hal ini, musik tarling khususnya. Ketika musik tarling yang selama ini saya dengar, lebih banyak didominasi oleh lirik konservatif lokalitas.
Beberapa hari ini telinga saya digelitik rasa penasaran dan takzim oleh sebuah karya tarling yang dilabeli "setan oblong". Di lagu itu, lirik yang ditulis oleh si pencipta Dawer Jeprat dan dibiduani oleh Munawir Sazali, menurut saya lebih nakal dan progresif, dengan tema kritik kegelisahan yang mewakili suara kaum akar rumput kebanyakan.
Dari kritik kelakuan politikus menyebalkan, kebijakan pemimpin yang absurd, sampai keluh-kesah seniman, petani, hingga rapatnya masalah dan kebingungan masyarakat kecil dimasa pandemi ini, si pencipta berhasil memotret semua itu dengan apik.
Tapi, bukan berarti karya tarling dari seniman lainya itu butut. Bukan itu! Karena tetap akan ada telinga lain yang tidak satu frekuensi dengan telinga lainnya, itu keniscayaan.
Hanya jika kita melihat romantisme berkesenian pada era sebelum musik nasional dalam genggaman pasar, bagaimana musik itu berkelindan dengan suara-suara rakyat, dan ruang-ruang seni banyak dihuni oleh pegiat seni dengan semangat ideologis yang tinggi.
Di situ, banyak sekali ditemukan formula-formula bunyi dan nada untuk diramu menjadi sebuah musik yang bahkan lebih tajam dari belati sekalipun. Yang menurut pandangan Wiji Thukul, bahwa seni harus membebaskan.
Seni semestinya bisa membawa transformasi sosial. Seni seyogyanya menjadi bahasa kenyataan sosial yang perlu diperjuangkan. Hari ini, kita kehilangan itu!
Dan "setan oblong", semoga menjadi pemantik di dunia tarling, bahwa musik tak hanya estetika, pun soal bagaimana ia berbicara realita.
***
Joyo Murjoyo, Dewan Seni Sanggar Kedung Penjalin.
Via
Opini
Posting Komentar