Pilem
Giwaku | 1982 | Drama, Crime, Mystery | Pemeran : Kaori Momoi, Shima Iwashita, Akira Emoto | Sutradara : Yoshitaro Nomura | Penulis Naskah : Motomu Furata, Seichô Matsumoto, Yoshitarô Nomura | Negara : Jepang | Durasi : 127 Menit
Ringkasan
Sebuah mobil mengalami kecelakaan terjun ke laut di Pelabuhan Shinko, Toyama. Di dalamnya ada suami istri dari keluarga terkaya Shirakawa. Suaminya meninggal tapi istrinya selamat. Diketahui, suaminya mempunyai polis asuransi jiwa sebesar 300 juta yen.
Segera, Kumako dicurigai telah membunuh suaminya itu demi uang asuransi. Media massa ikut mencelanya sebagai wanita jahat. Opini publik terpengaruh. Ia diyakini sebagai pembunuh suaminya. Ritsuko Sahara dipilih sebagai kuasa hukumnya.
Ulasan
Drama pengadilan Jepang yang sangat bagus. Dua orang perempuan saling bekerjasama melawan opini publik, media massa dan aparat penegak hukum.
Cara film ini dikemas seolah-olah masyarakat Jepang pada umumnya tidak tertarik dengan pembelaannya. Film ini mengajukan pertanyaan serius tentang sistem peradilan yang begitu mudah diombang-ambingkan oleh opini publik.
Saya mulai tertarik dengan film bertemakan persidangan. Film-film dengan tema ini biasanya mengangkat isu sosial yang cukup serius seperti yang terjadi dalam film ini.
Giwaku (1982)
Score : ⭐ ⭐ ⭐ ⭐
Giwaku | 1982 | Drama, Crime, Mystery | Pemeran : Kaori Momoi, Shima Iwashita, Akira Emoto | Sutradara : Yoshitaro Nomura | Penulis Naskah : Motomu Furata, Seichô Matsumoto, Yoshitarô Nomura | Negara : Jepang | Durasi : 127 Menit
Sebuah mobil mengalami kecelakaan terjun ke laut di Pelabuhan Shinko, Toyama. Di dalamnya ada suami istri dari keluarga terkaya Shirakawa. Suaminya meninggal tapi istrinya selamat. Diketahui, suaminya mempunyai polis asuransi jiwa sebesar 300 juta yen.
Segera, Kumako dicurigai telah membunuh suaminya itu demi uang asuransi. Media massa ikut mencelanya sebagai wanita jahat. Opini publik terpengaruh. Ia diyakini sebagai pembunuh suaminya. Ritsuko Sahara dipilih sebagai kuasa hukumnya.
Ulasan
Drama pengadilan Jepang yang sangat bagus. Dua orang perempuan saling bekerjasama melawan opini publik, media massa dan aparat penegak hukum.
Cara film ini dikemas seolah-olah masyarakat Jepang pada umumnya tidak tertarik dengan pembelaannya. Film ini mengajukan pertanyaan serius tentang sistem peradilan yang begitu mudah diombang-ambingkan oleh opini publik.
Film ini kaya sekali akan detail dan berhasil menggambarkan tentang cara kerja orang Jepang. Konsep rasa bersalah dan tanggung jawab bersama. Konsep tanggung jawab bersama berasal dari gagasan bahwa setiap orang sekaligus merupakan individu dan anggota dari beberapa kelompok yang lebih besar.
Dalam wacana moral orang Jepang ketika individu melakukan kejahatan, kelompok bertanggung jawab atas individu tersebut. Ketika sebuah kelompok melakukan kejahatan, individu tersebut bertanggung jawab atas kelompok tersebut.
Ketika anak-anak atau remaja membuat masalah di Jepang, tidak jarang keluhan disampaikan langsung ke sekolah mereka, bukan ke polisi atau orang tua mereka. Penyebabnya jelas, seragam yang dipakai bisa diketahui sekolahnya di mana. Manajemen sekolah harus ikut bertanggung jawab atas keonaran yang telah dibuat oleh siswanya.
Begitupun dalam studi kasus sosiologi dalam film ini. Reputasi satu anggota keluarga akan menyeret satu keluarga besar. Kumako sebagai gadis pelayan minum harus masuk daftar anggota keluarga terpandang. Itu sesuatu yang mencoreng keluarga Shirakawa.
Kasus sosiologis ini juga meluas kepada kuasa hukum Kumako, Iwashita. Akibat perhatian media massa, Kumako dipandang sebagai musuh masyarakat. Hal ini juga menyeret Iwashita, dianggap sebagai sesuatu yang mewakili musuh masyarakat itu. Wanita jahat.
Gambaran itu terlihat jelas ketika mantan suami, istri baru dan putrinya itu juga terkena dampak negatif atas pembelaannya kepada Kumako. Pada suatu momen, istri baru mantan suaminya itu meminta Iwashita agar jangan menemui anaknya lagi.
***
Via
Pilem
Posting Komentar